38. Mendaftar Dalam Turnamen Festival Lentera

2K 264 3
                                    


Kelas Iloania begitu ramai. Semua penyihir muda duduk dibangku mereka masing-masing dan mendengarkan sosok Xalien yang tengah berbicara didepan. Setelah pembelajaran berakhir, Xalien masih belum keluar dari kelas untuk mengumumkan sesuatu yang penting.

"Seperti yang telah diketahui, bahwa bulan depan tepatnya pada tanggal dua bulan ke sepuluh, akan diadakan Festival Lentera dikerajaan, bahkan mungkin semua kerajaan. Festival ini diadakan sebagai ucapan terimakasih kita kepada para dewa dilangit dengan menerbangkan lentera dilangit dimalam hari." Kata Xalien.

"Diperayaan ini, Dragonia Academy akan mengadakan sebuah turnamen tahunan yang bebas diikuti murid dari kelas satu sampai kelas 3 dan masing-masing memiliki hak untuk ikut berpartisipasi atau menolak berpartisipasi dalam turnamen. Turnamen ini bersifat bebas dan tidak memaksa kalian untuk ikut serta bila memang tidak ingin. Hanya saja, mungkin saya sarankan untuk ikut, dan menambah pengalaman bertarung dengan lawan yang kuat dari angkatan kelas lain." Lanjutnya.

Xalien membuka belahan bibirnya lagi. "Bagi yang merasa tertarik untuk ikut turnamen ini, kalian bisa mendaftar pada saya."

Jissiana menatap Miaka dan Iloania. "Miaka, Ilo. Dalam perayaan itu ayo membeli gaun bersama. Aku akan mencarikan gaun yang indah untuk kita~"

Miaka mengangguk dengan wajah bersemu, "A-Aku akan ikut."

Selama ini Miaka tidak terlalu sering mengikuti festival itu. Ia hanya sendirian dan merasa kesepian. Dan sekarang sahabatnya mengajak dirinya pergi bahkan mengajak membeli gaun bersama, Miaka tidak bisa tidak merasa senang dihatinya.

Iloania mengangguk, "Ayo pergi bersama. Aku akan memilih gaun yang sama dengan warna mataku~"

"M-Mata Ilo m-memang sangat indah. I-Itu bercahaya dan berkilau." Kata Miaka memuji Iloania.

Iloania tersenyum, "Bukan apa. Mata Miaka bahkan lebih indah. Seperti kelopak bunga sakura dimusim semi. Tidak ada yang lebih mempesona dari sepasang manik bunga Benar kan, Jie?"

"Betul sekali~ "

Pertama kalinya dipuji, wajah Miaka langsung memerah. Bahkan seperti terbakar. Miaka, si gadis yang tak pernah dekat dengan orang lain apalagi dipuji.

"Lalu, turnamen itu, apa kalian akan ikut?" Tanya Iloania.

Jissiana menggeleng, "Tidak. Aku masih sangat lemah dan melawan senior, ah~ Itu tidak mungkin!"

"B-Benar. Aku juga tidak akan ikut." Ujar Miaka membenarkan.

Mendengar itu, Iloania hanya mengembangkan senyuman dan membiarkan keheningan menyelimuti ketiganya selama beberapa detik.

***


Ketiganya berjalan keluar bersama dengan murid yang lain ketika Xalien sudah keluar. Namun ditengah perjalanan, Iloania berhenti dan memberitahu agar Jissiana dan Miaka duluan kekantin untuk makan siang.

"Mau kemana?" Tanya Jissiana.

Iloania tersenyum, "Ada sesuatu. Aku tidak akan lama jadi kita bisa makan siang bersama dikantin. Aku akan menyusul kekantin."

"Ilo! Hey, Ilo bilang padaku urusan apa?" Tanya Jissiana, namun Iloania terus melangkah sembari melambaikan tangannya menuju kegedung timur.

Jemarinya mengetuk pintu itu dengan gerakan tenang. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan menampilkan sosok Nialla yang sedikit terkejut melihat Iloania tersenyum diambang pintu.

"Ada apa?" Tanya Nialla kemudian.

Iloania melirik kebelakang Nialla, "Ingin menemui sir Xallien. Apakah, ada?"

Nialla mengangguk dan memberikan jalan pada Iloania, sementara dirinya kembali kebangkunya. Beberapa guru nampak melirik bahkan menatap Iloania, sementara Iloania mengendangannya dan menemukan Xallien duduk dimeja paling sudut dan tengah memeriksa beberapa lembar kertas dan perkamen dimeja.

"Disana rupanya," gumam Iloania bergerak ringan kemeja Xallien.

"Permisi,"

Suara Iloania menyapa indra pendengaran Xallien. Membuat pria itu mendongak dan mengulas senyuman setelah beberapa detik menatap Iloania.

Xallien membuka bibirnya, "Iloania kan?"

"Ya." Jawabnya.

"Jadi, ada apa?" Tanya Xallien kemudian.

"Aku ingin mendaftar untuk turnamen bulan depan." Jawaban Iloania membuat Xallien sedikit terkejut, namun kembali mengulas senyum ramah.

Ia berkata, "Baiklah. Jadi, kamu ingin ikut berpartisipasi. Kamu bisa mengisi formulir ini. Ini hanya untuk mengetahui apa sihirmu dan alasan kamu ingin berpartisipasi. Jangan khawatir ada sesuatu yang aneh."

Iloania menerimanya dan menganggukkan kepalanya. Duduk dibangku disampingnya tanpa disuruh dan dengan tenang menuliskan apa yang dibutuhkan formulir itu.

Melihat sikap Iloania, Xallien melebarkan sedikit senyumnya, sebelum sebuah kilasan terlintas diingatannya.

Ia menyangga dagunya dengan punggung tangan dan bertanya, "Iloania. Saya penasaran akan satu hal. Bisakah saya menanyakannya dan mendapatkan jawabannya?"

"Tentu saja," jawab Iloania.

"Alasan kenapa kamu tidak memiliki bayangan putih bukan karena mereka tidak ingin menjadi roh kontrakmu. Saya tahu sebenarnya sihirmu kuat dan itu menarik beberapa dari mereka untuk menjadi roh kontrakmu. Tapi kamu menolak mereka. Jadi, apakah kamu membenci bayangan putih?" Tanya Xallien.

Iloania menghentikan gerakan tangannya dan mendongak untuk menampilkan senyuman penuh arti. "Aku tidak membenci bayangan putih. Sama sekali tidak."

"Lalu, kenapa kamu tidak membiarkan mereka menjadi roh kontrakmu?"

"Hanya tidak ingin." Acuh Iloania.

Xallien sedikit tertegun dan mengangkat satu alisnya melihat keacuhan Iloania dalam menjawab.

Ia kembali tersenyum ketika menyelesaikan formulirnya. Menyerahkannya pada Xallien dan mengatakan salam sebelum berjalan keluar dengan riang. Nampaknya, muridnya itu sedikit memiliki emosi yang mudah berubah. Xallien melirik kertas dan sedikit mengangkat alisnya.

Gadis itu, menuliskan "Memenuhi janji dan tantangan" didalam kolom alasan mengapa mengikuti turnamen ini.

"Memenuhi janji dan tantangan?" Gumamnya.

Ia tersenyum, "Memangnya siapa yang menantang gadis itu? Hm~ Sepertinya dia sangat bersemangat."

***


Setelah beberapa langkah menjauhi ruangan guru, Iloania mendapati sosok Lasius dan Zalion tengah melangkah kearahnya. Sepertinya, mereka hendak menuju ruangan guru. Mungkinkah juga mendaftar untuk turnamen?

"Ilo, mengapa kamu disini?" Tanya Lasius pada Iloania.

Iloania menunjukkan senyumannya. Membuat Lasius menebak-nebak sendiri. Sampai ketika ia memiliki bayangan dikepalanya, ia sedikit membatu.

"Jangan bilang .. turnamen Festival Lentera?" Tebak Lasius.

"Apa kak Sius dan kak Lion juga akan mendaftar?" Tanya Iloania menjawab tebakan Lasius.

"Tidak. Kami ada urusan dengan kepala sekolah. Ruangannya didepan sana~" Jawab Zalion.

Lasius terdiam dan bertanya dengan hati-hati, "Bisakah .. kamu tidak ikut turnamen ini?"

"Hm? Memangnya kenapa?" Tanya Iloania.

"Kamu tahu, turnamen ini .. sedikit berbahaya. Terlebih lagi para senior juga tidak bisa diremehkan. Ini bukan permainan, Ilo." Ucap Lasius.

Mendengar itu Iloania terkekeh kecil sebelum tersenyum lebar. "Aku tidak sedang bermain-main kak. Turnamen ini, ada seseorang yang harus kulawan."

"Siapa itu?" Tanya Lasius.

"Senior yang sedikit mirip dengan .. seseorang yang kukenal." Jawab Iloania.

Iloania memandang Lasius yang juga memandangnya. Dan lagi, mengulas senyuman.

***
Bersambung

Legenda Bulan Kristal [√]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora