64. Malam Festival Lentera

1.3K 178 0
                                    


Iloania menikmati semangkuk bubur dengan tenang. Sepasang manik emas dengan kantung mata yang sedikit sembab. Hidungnya sedikit memerah dengan jejak air mata dipipinya yang putih. Menggunakan sapu tangan bersih, Lasius menyeka jejak air mata dikedua pipi Iloania dengan lembut.

Iloania tersenyum, "Terima kasih kak Sius."

Lasius balas tersenyum. "Lanjutkan makanmu. Kamu pasti lapar,"

"Baiklah~" Jawab Iloania.

"Vleia," panggil Iloania dalam batinnya. Tak sampai dua detik, Vleia segera menjawab.

"Ada apa?"

"Aku rindu rumah. Kira-kira, kapan kita bisa kembali kesana?" Tanya Iloania.

Ada keheningan, sebelum Vleia menjawab, "Nanti kita akan kembali kesana, Ilo. Saat ini, kita harus fokus pada segelmu. Karena beradu dengan sihir hitam saat itu, segelmu mengalami keretakan dan melemah."

"Itu segel yang dipasang oleh guru. Untuk keretakannya aku bisa mengatasinya, namun masalah melemahnya segel, aku tidak bisa mengatasinya." Batinnya.

"Dengan energiku saat ini, aku belum mampu menyempurnakan kembali segelnya. Aku butuh waktu." Kata Vleia.

Iloania tersenyum dibenaknya, "Jangan memaksakan dirimu, Vle. Aku tidak apa. Lagipula hanya melemah, bukannya hancur. Aku juga akan berusaha mencari tahu bagaimana meningkatkan segel ini."

Vleia bergumam samar, "Kamu benar."

"Kak Sius, kenapa membawaku kembali ke Istana? Bagaimana kakak bisa membawaku ke Istana dengan mudah? Apakah raja itu sangat murah hati?" Tanya Iloania.

Lasius membatu selama dua detik sebelum otaknya memutar cepat mencari alasan. "Sebenarnya aku pernah menjadi pengawal bayangan raja selama beberapa waktu. Jadi, raja cukup baik padaku."

"Wah, menjadi pengawal bayangan raja? Sangat keren! Apakah karena itu kak Sius suka sekali menggunakan pakaian hitam?" Ujar Iloania.

"Apa bagusnya menjadi pengawal? Lagipula bukankah dia selalu memakai pakaian duka? Tidak ada keindahannya," kata Vleia yang turut didengan oleh Lasius.

Iloania menyahut, "Semua orang memiliki selera fashion mereka masing-masing Vle. Jangan berkata seperti itu."

Mendengar ejekan Vleia, Lasius merasa kesal dan ingin memukul Vleia saat itu juga. Namun Lasius juga menghela napas lega. Setidaknya, Iloania percaya dengan alasan ini. Menutupi fakta, bahwa dirinya adalah seorang Pangeran.

"Tapi, bagaimana kamu bisa pingsan dan berdarah seperti itu?" Tanya Lasius membuat Iloania menghentikan ocehannya bersama dengan Vleia, dan memandang Lasius dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tahu," jawabnya berbohong.

Dan yah, Lasius tahu itu. Tapi, dia tidak akan memaksa Iloania untuk memberikan jawabannya.

***


Siapa yang menyangka bahwa seminggu berlalu begitu cepat.  Tanpa disangka, bahwa besok adalah hari dimana turnamen dimulai, dan malam ini, adalah malam Festival Lentera. Dari yang Iloania ketahui, semua orang di Alete akan menerbangkan ribuan lentera bercahaya dilangit malam, dan menghanyutkan ribuan lentera diatas air danau yang luas dan tenang untuk mengenang mereka dari perang dewa dan iblis.

Tentu saja, perayaan akan begitu meriah dan ramai oleh warna-warni api dibalik kertas warna dan gambar-gambar menarik.

Sebuah legenda mengatakan, bahwa siapapun yang menulis keinginan dan harapan mereka dilentera mereka, katanya lentera itu akan mengirimkan keinginan penulis kepada dewa. Dan cepat atau lambat, keinginan itu akan dikabulkan oleh Dewa Harapan.

Legenda Bulan Kristal [√]Where stories live. Discover now