43. Sepenggal Tulisan Tinta Emas

2K 238 2
                                    


Langkah demi langkah mengikuti, Iloania mengikuti Gailes dan banyak kali berbicara. Meskipun hampir semua perkataannya diabaikan. Iloania melihat sebuah rumah pondok yang ada ditengah hutan bersalju. Rumah pondok dibangun dengan jerami dan bambu, ketika melihatnya, ada suasana aneh disana. Bukan suasana yang buruk, tapi hanya ada sedikit kehangatan disana.

"Kakak, ini tempat apa?" Tanya Iloania.

Gailes mengabaikan Iloania lagi dan lagi. Membuka pintu, dan membiarkan Iloania masuk mengikutinya meskipun sedikit ragu, apakah ia boleh masuk atau tidak. Melihat Gailes yang membiarkannya, Iloania mengedikkan bahunya, dan melihat sekelilingnya. Ada beberapa orang diruangan itu. Ruangan hanya berisikan dua bangku panjang dan satu kursi tunggal diujung, juga satu meja ditengahnya. Satu pintu terletak disudut ruangan, disamping jendela kecil tanpa kaca, dan terbuat dari bambu yang dianyam.

Seorang pria dewasa duduk disatu bangku, berjajar dengan seorang gadis bersurai merah muda yang Iloania yakini, berusia sama dengannya. Diseberangnya, ada seroang pemuda dengan surai coklat. Nampak bertubuh kekar dan nampak seperti bukan orang baik-baik.

Gadis itu bangkit berdiri dan menyembunyikan dirinya disamping Gailes yang berdiri dalam dia. "Siapa kamu?"

"Aku?" Beo Iloania.

Gadis itu mengangguk, menunggu jawaban Iloania. "Ilo, panggil saja begitu. Kalau kamu?"

"Merina." Jawabnya.

Manik Iloania berbinar. "Kamu sangat manis~ Bagaimana kamu mengikat rambutmu begitu?"

Gadis itu tersenyum dan mendekati Iloania. "Kamu juga sangat cantik. Ayo duduk disana,"

Ia membawa Iloania duduk dibangku kosong. Dan dengan cepat berinteraksi layaknya anak kecil yang berteman dekat.

"Gail, siapa anak itu?" Pria dewasa itu bertanya.

Gailes diam selama dua detik, untuk duduk dibangku tunggal. "Entahlah."

Pemuda di seberang Iloania menatapnya. Tatapannya membuat Iloania sadar, dan menolehkan kepalanya dengan senyuman setipis kertas. "Bagaimana kau bisa ada didesa ini?"

"Hanya kebetulan. Dan sekarang, aku jadi penasaran dengan desa ini. Ada apa didesa ini?" Tanyanya.

Iloania melanjutkan, "Aku tidak tahu begitu banyak. Tapi, aku pernah mendengar sebuah cerita tentang Manusia Hantu Desa Kavele. Apakah, ini desa Kavele?"

Mendengar itu, suasana nampak menjadi lebih aneh. Dan Iloania, tak bisa menahan mengangkat satu alisnya. Sepertinya apa yang terjadi didesa ini, diwilayah ini, lebih buruk dari yang dipikirkannya. Diluar kota ini, Iloania telah mendengar beberapa desas-desus tentang apa yang terjadi disebuah desa, dikota Reebet. Kata-katanya, desa ini dihantui oleh roh jahat, yang sering menculik orang dan merasuki tubuh mereka. Mengubahnya menjadi monster. Katanya, banyak orang sudah menjadi korban, dan karena itu orang-orang yang awalnya tinggal dikota besar itu melarikan diri, dan mengisolasi kota ini dari dunia luar. Mereka begitu takut, bila saja mereka yang menjadi korban selanjutnya. Katanya juga, mereka yang diculik bisa menjadi monster yang sangat berbahaya, dan itu merepotkan, bisa dibunuh dengan sihir.

Tapi, melihat keberadaan mereka, Iloania sedikit merenung. Didunia ini, tidak ada yang namanya roh jahat. Apalagi yang dapat merasuki manusia dan menculiknya. Satu-satunya, hanyalah roh yang terinfeksi kebencian dan menjadi jahat. Namun roh iblis, hanya mendiami satu wilayah dengan lingkup yang kecil, dan biasanya hanya akan mengganggu manusia ketika manusia secara tidak sengaja atau bahkan sengaja memasuki wilayahnya. Tetapi, mereka tidak menculik manusia yang ada diluar wilayahnya. Dan lagipula, jika itu roh iblis, Vleia harusnya bisa merasakan energinya.

Legenda Bulan Kristal [√]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt