40. Latihan Istimewa Iloania

1.8K 257 7
                                    


Lasius dan Iloania melangkah memasuki perpustakaan setelah diizinkan oleh penjaga perpustakaan. Ketika kesuanya telah masuk, Iloania mengajak Lasius kesudut perpustakaan yang terlihat cukup jarang digunakan.

Sedikit menengok kekanan dan kekiri, Iloania mengangguk.

"Kenapa sembunyi?" Tanya Lasius.

"Agar orang tidak melihat," jawab Iloania tersenyum sembari mengangkat tangan kirinya, menampilkan cincin perak indah dijarinya.

Iloania menatap Lasius, "Kakak tutup mata sebentar."

"Hm." Gumam Lasius sembari menyembunyikan baru ungu anggurnya dibalik kelopak mata cerahnya.

Cahaya keemasan memendar samar, mengelilingi tubuh Lasius dan dirinya sendiri. Lasius yang memejamkan mata dapat merasakan kehangatan menyelimutinya, teresap sampai kehati. Sedikit rasa penasaran, namun Lasius masih belum membuka matanya, menunggu Iloania menyuruhnya membuka mata.

Suara halaman buku yang dibalik dan langkah kaki samar juga aroma debu khas perpustakaan menghilang dari pendengaran dan penciumannya. Tergantikan suara sepoi angin yang halus dan aroma bunga-bunga asing yang tak pernah dihirupnya. Itu harum dan menenangkan. Rasa dingin yang menyelimutinya diperpustakaan tergantikan oleh suhu hangat yang nyaman. Apakah sekarang dia tidak diruang perpustakaan lagi? Lalu dimana dia?

"Ilo, bisakah aku membuka mataku?" Tanya Lasius.

"Iya, kak Lasius boleh membuka mata sekarang~"

Ketika membiarkan kedua kelopak matanya membuka, Lasius tidak bisa tidak terpesona mengetahui tempat yang dijejakinya sekarang. Ia berada, ditempat yang begitu luas dengan tanaman yang besar, hampir sebesar dirinya dan ada perbukitan yang besar jaug disana. Disisi kanan dan kirinya ada pepohonan yang satu pohon berdiameter 20 meter dengan tinggi lebih dari 100 meter, sangat tinggi dan sangat besar. Dengan dedaunan berwarna merah tua dan kuning keemasan.

Lasius memandang Iloania yang berdiri didepannya, "Dimana kita?"

"Kau ditempat tinggalku. Dasar manusia bodoh~"

Mendengar suara itu membuat Lasius sedikit terkejut. "Suara ini? Bukankah .. binatang sihir Iloania?"

Ia refleks menoleh dan mendapati sesuatu yang membuatnya melebarkan matanya. Sosok disana berjalan melangkah dari balik pohon. Menampakkan sosoknya yang sepenuhnya. Itu adalah wujud anak kecil dengan wajah tampan dan manis bersamaan.  Meski tak secantik Iloania, namun anak laki-laki itu diyakini, memiliki kecantikan diwajahnya. Menampilkan sepasang manik emas yang sangat persis dengan manik Iloania. Hanya saja, dalam versi tajam dan kuat. Anak laki-laki itu mengenakan sutra putih yang melilit tubuhnya, menampilkan sepasang lengan ramping yang cerah.

Anak laki-laki itu berdiri disamping Iloania dan melipat tangannya didepan Lasius, menandakan aura mendominasinya. Meskipun wujud Vleia sekarang adalah anak kecil.

Lasius menunjuknya terkejut namun berusaha mempertahankan wajah datarnya. "Dia .. Vleia?"

"Tidak sopan. Ilo, kenapa membawanya kemari?" Meskipun sosoknya adalah anak kecil yang manis, Lasius mendengar suara beratnya, dan tak bisa tidak mengerutkan keningnya.

Iloania memandang Vleia, "Hey. Sudah kubilang untuk bersikap sopan. Siapa yang mengajarimu untuk menjadi nakal? Maka aku akan memukulnya~"

"Pria itu. Bagaimana?"

Iloania mengerutkan bibirnya dan mengabaikan Vleia. "Kak Sius, dia Vleia. Dalam wujud manusianya, mungkin ~"

"Apakah ini cincin dimensimu? Kenapa .. penampakannya begini?" Tanya Laasius yang hanya tahu, jika cincin dimensinya hanya berupa ruangan putih kosong yang begitu luas.

Legenda Bulan Kristal [√]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt