96. Kehadiran Sebuah Cinta

362 32 2
                                    

Ada sebuah bangunan tua diatas bukit. Terhalangi rimbunnya pepohonan. Beberapa waktu sebelum menemukan bangunan ini, Iloania dan Lasius memang harus menyebrangi sungai yang memisahkan bukit itu dan desa dengan menggunakan jembatan yang nampaknya juga telah dibangun sejak lama, tetapi nampak masih kokoh.

Tok.. Tok..

Mengetuk pintu, belum ada tanda-tanda seseorang akan membuka pintu. Lasius bersiap mengangkat tangannya untuk mengetuk, sebelum suara berisik terdengar dari dalam. Lasius menaikkan alisnya bingung, sembari menatap Iloania yang juga nampak bingung.

"Per—" Perkataan Lasius terpotong saat pintu seakan terpukul sesuatu yang kuat hingga mengeluarkan debam suara yang memekakkan telinga.

Iloania tanpa sadar mundur selangkah saat mendengar suara itu, begitupun dengan Lasius yang memasang posisi menyampingkan tangannya melindungi Iloania dibelakangnya.

"Akhh! Lepaskan dulu, aku mengalah! Kamu boleh membuka pintunya!" Lolongan itu terdengar dari dalam.

Suara laki-laki yang nampak kesakitan. Tak lama, suara wanita bernada riang terdengar. "Kamu sangat baik. Duduklah disana, dan aku akan membukakan pintu."

Seketika, pintu terbuka. Senyuman terpampang dihadapan Lasius yang menatap datar kepadanya. Ada seorang wanita muda bersurai kehitaman berdiri didepannya. Sepasang manik merah muda sedikit tersembunyi disepasang kelopak mata yang menyipit melengkungkan senyuman lebar. Dibelakangnya, ada seorang pria muda yang memiliki penampilan yang bak pinang dibelah dua dengan wanita itu. Hanya saja fitur wajahnya lebih tampan sementara wanita itu lebih ke cantik. Badannya tegak dan keduanya sama-sama berkulit putih.

"La-Lasius?!" Kaget keduanya sebelum menutup pintu dengan cepat.

Iloania tertegun. "Eh? Kenapa mereka menutup pintunya lagi?"

"Hah, sebentar, ya?" Ucapnya lembut pada Iloania membuat gadis itu mengangguk.

Lasius menarik pedang yang tersemat dipinggangnya. Dalam perjalanannya, Lasius menyempatkan diri membeli pedang berkualitas tinggi yang ditempa oleh penempa pedang yang sudah berpengalaman. Ia memasang posisi kuda-kuda dan mengayunkan pedangnya membelah pintu dengan mudah.

"Kyaaa!!" Ada jeritan yang terdengar setelah pintu memiliki celah seukuran pedang.

Tidak hanya melakukannya sekali, Lasius melakukannya berulang kali hingga terdengar jeritan dari dalam. "Siuss!! Hentikan! Kami akan bukakan pintunya! Jangan merusaknya."

Seketika, Lasius menyimpan pedangnya kembali dan membiarkan pintu terbuka. Sepasang kembar itu nampak tertunduk, memandang Lasius dengan takut-takut.

"Silakan masuk," lirih wanita itu membukakan jalan untuk Lasius dan Iloania.

Iloania merasakan tangan hangat menggenggam tangannya, dan merasakan tarikan sesaat sebelum ada suara.

"Wow! Sius, kamu membawa siapa ini? Apakah kau berniat mengenalkan pacarmu pada kami? Meminta restu? Tenang Sius! Kami merestuimu seratus persen!!" Girang si laki-laki.

Kembarannya turut bersuara. "Benar! Sangat cantik! Selera Sius benar-benar tinggi!"

Wajah Iloania sedikit memerah, namun segera menjadi normal ketika dia mengingat tujuannya datang kemari setelah mendengar perkataan serius Lasius. "Aku sedang tidak ingin bercanda panjang lebar bersama kalian."

"Ka-Ra, aku butuh bantuan kalian."

"Bantuan apa?" Tanya Ka, si laki-laki.

Lasius diam selama dua detik sebelum menjawab. "Menemukan seseorang dengan penglihatan kalian."

Legenda Bulan Kristal [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang