52. Apakah Itu Sebuah Kecemburuan

1.5K 226 0
                                    


"Kakak, kenapa kalian mencoba membunuhku? Apakah karena, harta itu?" Kata Iloania, bertanya kepada Guren dan Muren.

"Yah, melihat kondisimu, aku akan berbaik hati memberitahumu, nak." Kata Guren dengan wajah datar.

Wanita itu menatap tumpukan harta ditengah kolam luas dan menyeringai. "Harta itu adalah harta milik Dewi Artorphs yang telah kami cari selama sebulan lebih. Siapa yang menyangka, jika kau yang telah kami awasi setelah insiden manusia hantu itu, dengan mudahnya dan dengan keberuntungan luar biasa menemukan tempat ini. Dan lagipula, saudaraku menginginkanmu sebagai koleksi boneka matinya."

Iloania diam sedetik sebelum bertanya kembali. "Jadi, yang membuat orang-orang dikota ini menjadi manusia hantu adalah kalian berdua?"

Muren menggoyangkan jari telunjuknya dan berdecak. "Ck, ck, ck~ Kelinci kecil salah. Tujuan kami hanya harta, dan kami juga hanya memanfaatkan kesempatan dengan adanya kasus manusia hantu ini."

"Satu bulan lalu kami datang kesini dan mencoba mencari harta itu. Tetapi tampaknya orang-orang dikota pun tahu mengenai harta itu, dan tak sedikit dari mereka yang berusaha mencarinya. Mereka mengganggu kami, tetapi setelah itu manusia hantu muncul, dan mereka benar-benar membantu kami membersihkan hama yang mengganggu." Kata Guren.

"Itu keberuntungan untuk kami, si bodoh itu kebetulan saja terlalu fanatik dan terobsesi akan ke sang dewi dan berpura-pura ingin menjadi dewi palsu." Ucap Muren.

Dengan itu, Iloania menyunggingkan senyuman dan mengangguk puas. "Yah, aku telah mendapatkan jawaban yang kuinginkan."

"Ah? Apa maksu-"

Blam!!

Suara debuman membuat sikembar menoleh kebelakang. Ada asap didepan pintu masuk, dan beberapa siluet orang terlihat dibaliknya. Seperti pasukan dengan beberapa bayangan dibelakangnya. Memanfaatkan celah yang ada, Iloania berbisik.

"Ayo pergi, Vleia."

"Ternyata bocah itu bergerak dengan cepat. Aku sempat khawatir jika dia tidak akan percaya." Melompat keatas piringan hitam yang membawanya melayang tinggi, Iloania menggunakan sihir anginnya untuk menciptakan lubang dilangit-langit, yang membuat perhatian sikembar kembali teralihkan padanya.

Didetik terakhir Iloania menyapa mereka dengan senyuman manis, selama bersamaan dengan munculnya sekelompok kepolisian sihir setempat dan seseorang yang sempat tertangkap pandangan maniknya. "Selamat tinggal~"

Sebelum benar-benar menghilang, Iloania hanya bisa mendengar umpatan terakhir Guren, dan setelah itu ia melayang pergi dengan kecepatan tinggi. Iloania memandang kebelakang. Penampakan pegunungan dengan sebuah kota yang dikelilingi hutan. Iloania menatapnya selama dua detik, angin berhembus dan mengibarkan kedua ikatan rambutnya. Iloania menarik kedua sudut bibirnya dan membentuk sebuah senyuman manis yang bahkan membentuk sepasang bulan sabit dimatanya.

"Yah, aku masih belum tahu nama lengkapnya dan alasannya sangat membenci manusia hantu." Gumamnya.

Ia tersenyum. "Yah, selamat tinggal."

***


Ditempat lain diwaktu yang sama, Gailes berdiri dihutan, mendongak dan menatap kelangit malam yang gelap. Beberapa waktu yang lalu dia mendengar sebuah suara samar yang mengatakan jika penjaga kuil dikuil pinggiran kota adalah dalang dari masalah ini. Awalnya Gailes sedikit memikirkannya, namun entah kenapa, Gailes hanya ingin percaya. Jadi dia segera menyuruh Geace mendatangi kepolisian dan meminta mereka segera kekuil dan tempat yang dimaksud.

Merina menghampirinya dengan tergesa. "K-Kak Gail. Ilo, Iloania sudah pergi?"

Gailes menunduk, menatap kain transparan dengan bentuk bak kelopak bunga berulir emas ditangannya dan bergumam samar, "Hm."

Legenda Bulan Kristal [√]Where stories live. Discover now