Blurb

10.9K 771 18
                                    

"Aku memilih mundur, Mas."

Kalimat yang aku ucapkan penuh dengan tekad, tidak sekedar gertakan atau omong kosong belaka, aku bahkan melepaskan cincin yang selama tiga tahun ini tersemat di jari manisku. Simbol pengikat dan tanda cinta dari pria di hadapanku yang dia berikan sebagai mahar saat meminangku dulu.

Aaah, melihat cincin dengan batu permata putih ini membuatku tersenyum, bayangan indah bagaimana sosok yang ada di hadapanku ini dahulu berlutut dan melamarku kembali berkelebat, sungguh manis, benar-benar kenangan manis yang tidak akan aku lupakan seumur hidupku, sayangnya kenangan manis itu kini perlahan harus aku relakan.

Cintaku dan Aras memang begitu besar, bahkan Aras nekat menikahiku di bawah tangan saat keluarganya tidak setuju denganku karena aku hanyalah perempuan sebatang kara tanpa sanak saudara, status sosial yang sangat berbeda jauh dengan Aras yang merupakan putra salah satu anggota dewan di kabupaten ini dan juga merupakan seorang Letnan TNI AD dengan karier yang cemerlang.

Aku mencintainya, dan dia pun mencintaiku. Itu yang membuatku mau menikah dengannya sekalipun tanpa ada legalitas, saat itu aku begitu naif dengan berpikir seiring dengan berjalannya waktu keluarga Aras akan menerimaku sebagai wanita yang di pilih putranya. Namun sayangnya harap tinggalah sebuah angan yang tidak akan pernah bisa aku dapatkan, bukan restu yang aku dapatkan, melainkan pernikahan kedua Aras dengan wanita pilihan orangtuanya, seorang yang di anggap sepadan dan sederajat. Hal yang di tolak mentah-mentah oleh Aras tapi pada akhirnya di terima karena kondisi Ibunya yang kritis saat itu.

Apalagi yang bisa aku lakukan selain menerima? Aku terlalu mencintai Aras hingga tetap bertahan, sekalipun hatiku perih luar biasa mendapati pedang pora yang seharusnya di peruntukan untukku nyatanya di lakoni suamiku dengan wanita lain.

Aku terbiasa berteman dengan luka, bersahabat dengan kesendirian, dan mencukupkan diriku dengan cinta suamiku yang sama sekali tidak berkurang sekalipun ada wanita lain yang hadir di antara kami dengan mahkota bernama istri sah yang di sandangnya.

Tapi kini kesabaran yang aku miliki hilang tidak bersisa, aku lelah menjadi istri yang dia sembunyikan. Aku yang merelakan segalanya untuknya namun aku yang justru mendapatkan penghinaan sebagai perebut, simpanan dan Pelakor di mata dunia yang keji ini.

"Aku sudah tidak sanggup lagi menjadi Pengantin Simpananmu. Aku lelah menjadi bayang-bayang sementara seharusnya aku yang menjadi Ibu Persitmu. Biarkan aku yang pergi, toh dunia pun tidak pernah tahu jika aku ada lebih dahulu di dalam hidupmu yang sempurna ini."

Pengantin Simpanan Where stories live. Discover now