14. Kecelakaan

2.9K 320 11
                                    

"Awalnya aku berniat mundur dari pernikahan siri yang kamu hina ini, dokter Hana. Aku sangat kasihan jika sampai kamu menikah dan hanya akan mendapatkan kesakitan mengingat Aras sama sekali tidak mencintaimu, sayangnya sikapmu barusan membuatku berpikir ulang untuk pergi dari hidup Aras. Aku kira kamu baik, ternyata kamu tokoh antagonis."

".............."

"Jangan terlalu berbangga diri di hadapanku dokter Hana. Di sini aku yang menentukan permainan, bukan kalian."

Geram dan jengkel, rasa itulah yang aku rasakan sekarang ini usai bertemu dengan dokter Hana. Hisss, awalnya aku bersimpati dengannya namun sekarang aku membuang jauh-jauh simpati tersebut. Apalagi saat mendengar jika mereka berdua sudah mulai menyiapkan syarat-syarat administratif untuk pengajuan nikah mereka, andaikan Mas Aras ada di hadapanku sungguh rasanya aku ingin meremas wajahnya yang menyebalkan tersebut hingga tidak berbentuk. Lagian bagaimana sih, bisa-bisanya Ibu mertuaku menemukan model manusia macam Hana ini, sudah tahu jika Aras memilikiku dan hubungan Aras sejauh ini denganku namun dia tetap maju terus menerobos tanpa tahu malu.

Dan lagi, berani-beraninya dia mengungkit pernikahan kami. Seandainya saja perempuan yang di jodohkan Ibu mertuaku dengan Aras itu manusia baik mungkin aku akan lebih memilih untuk mundur, dan menerima dengan legowo jika memang pilihan Ibu Mertuaku lebih baik, sayangnya pilihan Ibu Mertuaku benar-benar di bawah standar secara attitude, atau memang orang-orang kaya sejenis mereka yang mabuk dengan harta dan tahta memang memiliki watak yang sama menyebalkan.

Terlalu kesal dengan segala hal yang terjadi sekarang padaku membuatku tidak memperhatikan jalanan ramai di jam makan siang, salahku juga yang fokus pada ponselku mengirimkan rekaman percakapanku dengan dokter Hana kepada Suamiku sehingga aku tidak melihat sebuah mobil melaju sangat kencang ke arahku. Semuanya terjadi begitu cepat, aku sempat mendengar orang-orang berteriak kepadaku, dan saat aku menoleh ke arah yang di tunjuk orang-orang, sebuah sedan warna hitam melaju begitu cepat mendekat padaku sebelum akhirnya aku merasa sesuatu yang keras menghantam tubuhku dengan sangat keras hingga aku terlempar bagai sebuah boneka yang di campakkan.

Rasa sakit menguasaiku, bau anyir darah, dan tubuhku yang tergolek tanpa bisa aku gerakkan membuatku kebingungan, aku melihat orang-orang berbondong-bondong mengerubungiku, mereka memperhatikanku yang berada di ambang batas sadar dan pingsan lengkap dengan jeritan tidak percaya, entahlah karena apa mereka menjerit hingga membekap mulut mereka tidak percaya untuk menahan jeritan.

"Panggil Ambulance, cepat!!!!!"

"Astaghfirullah, tabrak lari dari mobil gila di depan sana."

"Jangan main pegang sembarangan sebelum tim medis datang. Kita nggak tahu separah apa lukanya."

"Loooh, ini bukannya Mbak Dara Teller Bank depan?!"

"Ya Allah, Mbaknya baru saja selesai makan di dalam loh."

Aku ingin bertanya namun bibirku terkatup tidak bisa mengeluarkan suara, semakin banyak orang yang datang, semakin keras pula orang-orang berteriak untuk memanggil ambulance sampai akhirnya aku merasa kesadaran yang tersisa perlahan menghilang, rasa sakit yang menyelimutiku hingga mati rasa pun memudar berganti dengan kegelapan yang memelukku erat.

Percayalah, saat itu aku merasa inilah akhir hidupku. Kematian aku rasa sudah datang menjemputku dan membawaku berkumpul dengan mereka yang sudah meninggalkanku sendirian di dunia yang terlalu kejam kepadaku, namun aku tidak pernah tahu jika segala hal yang terjadi padaku bukanlah sebuah kebetulan semata.

............................. .............................

Author POV

Sementara itu di kantor Dara yang berada tepat di depan TKP tempat kecelakaan mereka semua bertanya-tanya kenapa Dara yang berpamitan untuk pergi dengan perempuan yang mereka ketahui tidak lain adalah calon istri dari suami Dara, tidak kunjung kembali sementara Bank harus kembali beroperasional.

"Perasaan gue nggak enak." Cetus Larasati, rekan sesama Teller dari Dara pun menatap kursi rekannya tersebut dengan was-was. Pasalnya Dara bukanlah seorang yang molor, tidak peduli hujan badai atau apapun jika ada masalah, Dara akan tetap datang untuk pekerjaannya. Ya, seprofesional itu seorang Dara Savitri.

"Nggak cuma Lo, gue juga, Ras. Sumpah deh, semenjak tahu kalau ternyata si Dara sama Mas-mas Tentara yang seringkali antar jemput dia ternyata udah nikah siri, gue ngerasa takut kalau ada apa-apa sama si Dara. Takut kalau dia di apa-apain sama keluarganya si Mas Tentara, apalagi sekarang ketambahan sosok antagonis macam Bu dokter tadi."

Mendengar apa yang di katakan oleh Retno tadi mereka semua manggut-manggut setuju, sosok Aras Respati, bukanlah sosok asing di antara para staf KCP tempat Dara bekerja karena mereka seringkali melihat Aras mengantar jemput Dara, mereka semua mengira Aras adalah pacar Dara melihat status Dara yang masih lajang, tapi setelah kejadian tempo hari di Mall tempat Retno hendak mentraktir untuk acara ulang tahunnya, tidak perlu orang pintar untuk tahu sejauh mana hubungan antara Dara dan Aras.

Bagi Retno dan yang lainnya, aparat yang menikah siri bukanlah hal yang tidak pernah mereka temui, hal terlarang di antara para Abdinegara tersebut seringkali mereka temui dengan banyak alasan yang akhirnya di maklumi masyarakat. Bisa jadi karena sulitnya perceraian, atau karena mereka sedang mengejar karier sementara cinta juga tidak bisa di tinggalkan, entah alasan apa yang akhirnya Dara mau di nikahi oleh Aras, rekan-rekannya ini tidak mau menghakimi Dara secara sepihak walaupun mereka gemas kenapa wanita sebaik dan sepintar Dara pada akhirnya mau terjebak pada hubungan rumit ini.

Marini, yang merupakan salah satu dari yang tertua di sini pun mengeluarkan nasihat bijaknya. "Itu sebabnya sebagai perempuan jangan mau di nikahi secara siri apapun alasannya, jika terjadi apa-apa dan ada ketidakadilan yang kalian terima, kalian tidak bisa menuntut hak kalian. Jujur saja saya sendiri sedih loh dengan keadaan Dara, kelihatan sekali jika dia tertekan, tapi mau bagaimana lagi semuanya sudah terlanjur terjadi, tugas kita sebagai rekannya adalan men-support Dara agar dia bisa melewati masalahnya. Duuuh, bener-bener deh, kepala saya ikut pening rasanya lihat drama cinta terhalang restu mertua ini."

"Sudah-sudah, cukup bahas soal Dara sekarang kita balik kerja."

Bukan hanya Marini yang kepalanya cenat-cenut, nyaris satu kantor pun merasa turut pusing dengan apa yang terjadi pada Dara, bagaimana lagi, di antara rekan-rekannya Dara adalah type sweetheart kesayangan anak-anak kantor, sampai akhirnya di saat mereka sudah kembali membuka pintu operasional, tiba-tiba saja tukang parkir yang mengatur motor nasabah masuk dengan tergesa-gesa membawa kabar yang mengejutkan bagi seluruh orang yang ada di dalam kantor.

"Mbak Dara........"

"Haaaah, Dara kenapa?"

"Mbak Dara di tabrak mobil!"

Pengantin Simpanan Donde viven las historias. Descúbrelo ahora