5. Pertengkaran di IGD

3.3K 342 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Holla,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Holla,.ketemu lagi sama Dara, yuk ikuti juga kisah Dara di aplikasi KBM dan juga Karyakarsa
Happy reading semuanya
Enjooy

Semuanya terjadi begitu cepat, aku melihat Ibu Mertuaku yang mendadak ambruk tak sadarkan diri, dan di saat aku mematung seperti orang bodoh, Mas Aras sudah lebih dahulu berlari menghampirinya, satu hal yang aku tahu sekarang ini, sosok wanita yang di pilih Ibu Mertuaku memang bukan orang biasa, dengan cekatan dia mengeluarkan alat-alat dari tasnya untuk memeriksa kondisi Ibu Mertuaku.

Kalimat tegas yang memerintahkan untuk memanggil ambulans menunjukkan jika dia seorang petugas medis yang berpengalaman. Sungguh menantu idaman yang sangat ideal untuk Ibu Mertuaku, di tengah kekacauan ini aku hanya bisa tersenyum miris menyadarkan diri betapa jauh berbedanya aku dengan sosok pilihan Ibu Mertuaku. Antara aku dan perempuan bernama Hana tersebut bagai bumi dan langit yang bahkan tidak bisa di sandingkan.

Sama seperti yang lainnya, saat petugas ambulance datang aku hanya bisa menyingkir memberi jalan bagi mereka yang terburu-buru. Kehadiranku seketika tak kasat mata untuk suamiku, dia turut panik hingga lupa dengan kehadiranku yang sempat di belanya, saat mata kami bertemu pandang sebelum pintu lift tertutup, aku melihat dengan jelas penyesalan di matanya. Penyesalan karena pembangkangan yang dia lakukan pada akhirnya melukai Ibunya hingga separah ini.

Aaah, jangan tanya bagaimana perasaanku sekarang, rasanya sangat sesak bahkan hanya untuk sekedar bernafas. Seharusnya saat aku menerima pinangan tanpa restu dari Mas Aras aku tahu aku akan berteman dengan luka dan kekecewaan atas sikap keluarganya, tapi nyatanya aku tidak sekuat itu, aku terluka, dan aku sakit hati atas salahnya keputusan yang aku ambil ini.

Mataku terasa panas, dan pandangan kasihan dari orang-orang tersebut semakin memperparahnya, ada banyak tanya yang terlihat di mata mereka atas apa yang tengah terjadi sekarang ini, tapi mereka pun terlalu sungkan untuk mengungkapkannya sampai akhirnya Bang Benny menawarkan apa yang aku butuhkan.

"Mau aku antar ke rumah sakit?"

Ya, kembali lagi aku menunjukkan sikap tidak tahu maluku. Sudah jelas kehadiranku sama sekali tidak di inginkan di keluarga Respati, tapi aku tetap hadir di antara mereka. Sama seperti Mas Aras yang menundukkan kepalanya penuh kehancuran melihat Ibunda terbaring di ICU, dengusan tidak suka pun terdengar dari sosok Jafar Respati, Sang anggota dewan yang terhormat sekaligus Ayah mertuaku.

Langkahku terasa lunglai saat mendekati Mas Aras yang terlihat begitu tidak berdaya, dan saat aku mendekap tubuh tegap tersebut ke dalam pelukanku tangis seorang anak yang sedih karena sudah mengecewakan orangtuanya seketika pecah, hatiku pun turut hancur mendengar tangis orang yang aku cintai tersebut, satu-satunya orang yang aku miliki di dunia ini tengah bersedih dan kesedihan itupun turut aku rasakan. Berdua kami larut dalam tangis penyesalan, aku bahagia mendapati suamiku begitu menyayangiku, juga menjadi pembela pertama untuk diriku, tapi nyatanya perlindungan yang di berikan oleh Mas Aras melukai hati orang lain.

"Heeeeh, semua ini gara-gara lo, Jalang!"

Sebuah tarikan keras aku rasakan di rambutku di sertai cacian menyakitkan, aku yang tidak siap pun terjengkang dan jatuh dengan menyakitkan, belum sempat aku menguasai diri, sebuah tamparan keras mendarat di pipiku berulangkali.

"Setelah Lo rebut Kakak gue, Lo juga mau bunuh nyokap gue, apa salah keluarga gue ke Lo hah sampai Lo tega rusak keluarga gue kayak gini?"

"........."

"Udah, Arini. Jangan sakiti, Dara."

"Lo denger, Kakak gue jadi bego gara-gara lo. Gara-gara manusia sampah kayak Lo Kakak gue pergi ninggalin keluarganya. Mimpi Lo yang terlalu ketinggian ini bikin keluarga gue menderita

Aku menangis, air mataku mengalir deras seiring dengan pukulan dari adik iparku yang bertubi-tubi seperti orang yang kesetanan, bahkan Mas Aras dan Ayah mertuaku yang berusaha menjauhkannya dari aku pun kewalahan. Entah berapa tamparan, jambakan, dan tendangan aku dapatkan atas luapan kemarahan dari adik iparku ini hingga aku tidak bisa menahannya lagi.

Sekuat tenaga aku mendorong tubuh tinggi itu menjauh dariku, aku tidak tahu bagaimana penampilanku sekarang aku bahkan sudah tidak mempedulikannya.

"Kenapa? Kenapa cuma aku yang di salahkan di sini? Aku hanya menerima cinta dari seorang pria yang kamu sebut Kakak, tapi kenapa aku di pandang sebagai seorang pendosa?! Apa kesalahan yang sudah aku lakukan sampai kalian membenciku seperti ini? Apa kemiskinan adalah sebuah kesalahan hingga kalian begitu membenciku?"

"..............."

"Aku wanita, kamu juga wanita. Aku tidak ingin bermain permainan siapa yang lebih terluka, tapi percayalah, aku rela berada di titik ini karena aku tulus mencintai Kakakmu. Seseorang tidak akan datang jika tidak di undang, Arini. Jadi berhentilah menyakitiku."

Pengantin Simpanan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang