2. Peri daun semanggi

18K 1.1K 32
                                    

Setelah makan malam dan cuci piring, Ida bergegas naik ke lantai dua menuju kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah makan malam dan cuci piring, Ida bergegas naik ke lantai dua menuju kamarnya. Daun semanggi yang sore tadi ditemukannya perlahan dia keluarkan dari sela lipatan bajunya.

Sambil duduk di atas kasur, dia mengamati dengan seksama daun semanggi itu dan menghitung ulang kelopaknya, seolah masih merasa tak percaya.

"Beneran ada empat daun, harus diapakan daun ini ya?"

Setelah berpikir sejenak, Ida beranjak dari kasur menuju meja kayu dan mulai mencari plastik kecil yang seingatnya dulu pernah ditaruhnya di dalam laci.

Setelah menemukannya, dia kembali ke kasur dan memasukkan daun semanggi itu dengan hati- hati ke dalam plastik bening kecil kedap udara.

Dia memutuskan untuk menyelipkan daun semanggi itu di dalam bantal kepalanya. Entah dari mana pemikiran itu, wanita bersurai hitam itu yakin saja untuk menaruhnya di sana.

Waktu menunjukkan baru pukul tujuh lebih 15 menit, karena tak ada kegiatan lagi, Ida memilih membuka aplikasi novel online favoritnya guna menuntaskan sisa bab cerita fantasi yang digemarinya.

Belum sampai 10 menit membaca, pintu kamarnya diketok, disusul suara cempreng Devi, satu-satunya keponakan perempuan dari adik laki lakinya.

Ida memiliki dua adik, laki laki dan perempuan, keduanya sudah berkeluarga dan memiliki masing-masing dua anak, cuman adik lelakinya memilih mengontrak kamar kost tak jauh dari rumah orang tua mereka.

Awalnya mereka semua tinggal serumah, namun sering terjadi konflik cuma karena masalah sepele, akhirnya adiknya memutuskan untuk angkat kaki saja dari rumah, biar bisa mandiri juga katanya.

"Tante traktir jajan dong di minimarket" rengek Devi dari balik pintu, dia cukup manja baru kelas dua SD, tapi pintar dan sering mendapat juara kelas.

Wanita berlesung pipit di sebelah kanan itu pun segera beranjak dari kasur lalu membuka pintu.

"Awas yaa kalau beli jajanan gak jelas, panggilin Faiz sana, ajak jajan juga, tante keluarin motor dlu." Ujar Ida lalu beranjak kembali masuk ke dalam kamar untuk merapikan penampilannya yang lumayan berantakan karena habis rebahan.

Ida memang rutin membelikan jajan buat semua keponakannya, minimal sekali seminggu. Meski berstatus pengangguran rekeningnya masih terisi karena uang pesangon yang lumayan. Namun uang sebanyak apapun tentu akan habis jika hanya ada pengeluaran tidak ada pemasukan.

"Pilih yang murah aja yaa, tante kan udah gak kerja lagi" ujarnya mengingatkan dua bocil yang berjalan lincah di sela sela rak cemilan.

"Oke Tante" jawab mereka kompak lalu melanjutkan penjelajahannya sambil bercanda satu sama lain.

Cuma 15 menit waktu yang mereka habiskan di minimarket yang memang letaknya agak jauh dari rumah. Ida sengaja, karena selain gratis parkir bisa sekalian cari angin, kedua bocil itu pun malah makin senang.

Fix My Past (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang