29. Drama Menjelang Ujian

7.8K 770 7
                                    

🍀🍀🍀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍀🍀🍀

Tidak terasa, tersisa waktu satu bulan menjelang Ujian Akhir. Wajah-wajah tegang mulai tampak di beberapa siswa namun tidak sedikit juga yang masih terlihat santai. Banyak kelompok belajar mulai bermunculan dan beberapa guru juga menyediakan kelas tambahan bagi yang berminat.

Selepas kelas tambahan Matematika, Ida memilih mengikuti kelas Ekonomi dan Bahasa Ingriss dengan masing-masing pertemuan 2 kali seminggu. Menurutnya kedua ilmu itu kelak akan berguna untuk mendukung usaha jajanannya. Sedangkan untuk mata pelajaran jurusan, 50 % nilai diambil saat praktek diskusi atau debat dan sisanya diambil dari ujian akhir nanti.

Fadil pun sudah mulai mengurangi kegiatannya di OSIS dan lebih serimg menemani Ida mengikuti kelas tambahan.

"Kenapa nggak ikut kelompok balajar saja, lebih santai, nggak tegang bisa sambil ngemil lagi." Usul Nita setelah beberapa kali ikut kelompok belajar yang di gagas oleh Marlina.

"Kedengarannya asyik sih, tapi itu gak cocok untukku, aku suka hilang fokus kalau belajar sambil makan." Jawab Ida memberi alasan.

"Kalau aku lebih nyaman belajar sendiri, aku nggak suka kalau berisik." Vero menambahi.

"Aku juga, kalian tau kan adikku masih kecil-kecil aku gak bisa terlalu lama diluar rumah." Waode ikut berkomentar saat mata ketiga temannya tertuju padanya.

Saat ini mereka sedang menyegarkan diri di bawah pohon yang ada di pinggir lapangan setelah praktek olahraga lari estafet dan kebetulan mereka satu kelompok.

"Kalian bakalan lanjut kuliah nggak.?" Tanya Nita lagi menyajikan topik baru.

"Belum tau, soalnya kami mau balik ke Buton, ayahku di pindah tugas disana." Kali ini Waode yg menjawab duluan.

"Aku juga belum tau, liat nanti aja kalau nilaiku bagus dan ada kampus yang cocok mungkin lansung kuliah." Vera bersuara.

"Aku mau kerja dulu, capek belajar terus." Jawab Ida singkat sambil memperbaiki cepolan rambutnya.

"Aku juga sebenarnya sudah malas belajar, tapi aku ingin sekampus dengan Kak Rahmat dengan begitu kami bisa bertemu setiap hari." Ujar Nita dengan wajah bersemu merah.

Ketiga temannya menanggapi dengan berbagai macam ekspresi, Ida berdecak sambil menatap jengah, Vero hanya menggelengkan kepala tak habis pikir, sementara Waode tersenyum geli. Penyakit bucin apalagi sudah akut memang susah obatnya.

🍀🍀🍀

"Meski tidak mungkin, tapi aku berharap rumus x dan y tidak akan muncul di soal ujian nanti" keluh Ida sambil membolak balik kertas soal ujian tahun lalu. Dia kini sedang duduk lesehan di depan TV di ruang tamu rumah Fadil.

Fix My Past (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang