33. Seharian bersama.

7K 706 13
                                    

"Dua hari lagi baru bisa diambil Mbak, jangan khawatir, kami amanah kok, sudah lama langganan sama Bang Fadil juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dua hari lagi baru bisa diambil Mbak, jangan khawatir, kami amanah kok, sudah lama langganan sama Bang Fadil juga." Ujar pemilik tempat percetakan meyakinkan Ida.

Setelah memilih foto yang menurut mereka bagus, Ida dan Fadil pergi ke tempat percetakan untuk memesan banner. Cukup lama mereka disana karena harus mengimput foto dan memberi masukan kepada operator tentang desain yang mereka inginkan. Tempat percetakan itu adalah langganan Fadil, dia biasa membuat banner kegiatan organisasinya disana. Pemilik dan karyawannya ramah mereka kooperatif bisa diajak berdiskusi dan tidak sungkan memberikan masukan. Salah satu strategi menarik pelanggan yang bisa dipraktekan Ida nanti.

"Kita jalan-jalan ke Mall dulu ya, sekalian shalat dan makan siang disana." Ajak Fadil saat mereka hendak menaiki motor.

"Oke aku juga mau cuci mata sekalian refreshing." Jawab Ida antusias, semingguan ini dia kepikiran dengan usaha barunya yang sepi. Gadis itu berharap semoga setelah jalan-jalan dirinya banyak mendapatkan ide baru.

🍀🍀🍀

Parkiran Mall cukup padat karena hari ini adalah hari Minggu, syukurlah mereka mendapat tempat meski agak jauh dari pintu masuk. Matahari sudah tepat di atas kepala keduanya tentu saja kegerahan karena itu begitu memasuki Mall, tempat pertama yang mereka datangi adalah restroom sekedar mendinginkan diri dan sedikit merapikan penampilan.

Di lantai dasar terdapat pameran budaya dan UMKN, banyak stand-stand yang menjual makanan dan minuman tradisional serta berbagai hasil kerajinan tangan, ada juga snack-snack baru hasil kreatifitas yang coba dipamerkan kepada para pengunjung.

Kedua sejoli itu berjalan sambil bergandengan tangan sesekali mereka berhenti di stand yang menurut mereka menarik, hingga akhirnya Ida menarik Fadil ke stand yang menjual jamu tradisional.

Ida adalah penggemar jamu, sepahit apapun akan di tenggaknya, namun favoritnya adalah jamu kunyit asam, karena kesibukannya kemarin-kemarin, dia jadi lupa kebiasaannya itu lagipula susah bertemu penjual jamu di jam sekolah dan jarang ada lewat di depan rumahnya.

"Adi kau suka jamu.?" Tanyanya setelah memesan 1 botol kecil jamu kemasan dari mbak yang menjaga stand.

Fadil menggeleng cepat dengan ekspresi wajah eneg.

"Kalau demi aku, kamu mau minum.?"

"Maksudnya.?" Tanya Fadil heran

Ida lalu memintanya untuk sedikit menunduk dan membisikkan sesuatu ke telinganya yang kontan membuat wajah dan telinga pemuda itu memerah, jangan lupakan wajah tersipunya.

"Aku tidak akan mengecewakanmu." Ujar Fadil menatap lekat kepada gadis yang kini sedang tersenyum penuh arti kepadanya. "Mbak aku pesan 5 botol yang bagus buat menambah stamina." Ujarnya lagi dengan suara yang menggebu.

Setelah membeli jamu mereka melanjutkan penjelajahan ke stand-stand yang lain, hingga masuk waktu Zuhur. Keduanya lalu ke Musollah yang ada di lantai 3 untuk melaksanakan shalat. Untuk makan siang Ida dan Fadil memilih makan di salah satu gerai cepat saji yang ada di depan escalator lantai dua.

Fix My Past (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang