36. Nenek Fadil yang sebenarnya

7.2K 765 11
                                    

"Sakit Nenekmu bisa tambah parah jika aku ikut denganmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sakit Nenekmu bisa tambah parah jika aku ikut denganmu." Ujar Ida ragu untuk naik ke motor Fadil yang sudah siap melaju.

"Tidakkah kau merasa aneh, Nenek sakit tapi hanya ingin aku yang menjenguknya bersama Sari, seharusnya dia memberi tahu ibuku yang notabene adalah anaknya, menurutku ini hanya modus." Ujar Fadil mengungkapkan keraguannya.

"Mungkin kau benar, tapi bagaimana kalau beliau benar-benar sakit.?"

"Biar lebih yakin mari kita jenguk saja ayo naik pakai saja jaketku agar kulitmu tidak terkena sinar matahari." Ujar Fadil sambil memberikan jaket yang dipakainya tadi sementara dia membuka lipatan lengan kemejanya yang sebelumnya digulung sampai siku.

"Singgah ke masjid dulu kita belum salat zuhur." Ida mengingatkan seraya mengenakan jaket yang diberikan Fadil.

🍀🍀🍀

Kedatangan Fadil dan Ida disambut oleh kedua sepupu kecilnya yang sedang berlarian di halaman, tampak juga Ibu mereka, Tante Irma yang sedang duduk santai di teras sambil mengawasi anak-anaknya bermain.

Fadil menyalim tangan tantenya setelah mengucapkan salam, hal yang sama dilakukan oleh Ida. Melihat kedatangan keduanya sang tante merasa heran karena sedang tidak ada acara apapun di rumah.

"Nenek yang meminta saya datang tante. Katanya beliau sedang sakit dan ingin saya menjenguknya." Ungkap Fadil setelah Tantenya menanyakan tujuannya datang.

"Nenekmu baik-baik saja, dia baru saja masuk ke kamar setelah makan siang tadi. Dari mana kau dapat kabar kalau dia sedang sakit.? Jelas tante Irma yang tampak kebingungan.

Mendengar ucapan tantenya, Fadil dan Ida saling menatap, ternyata benar dugaan mereka. Sang Nenek sedang bersiasat.

Saat hendak masuk ke dalam rumah terdengar suara motor memasuki halaman. Tampak Sari datang bersama seorang pria paruh baya yang Fadil tahu adalah sepupu dari ibunya yang bernama Rusli. Sari sekarang tinggal di rumahnya sejak mulai berkuliah.

"Loh kok Sari juga datang sebenarnya ada apa ini." Tante Irma makin bingung.

"Sudahlah tante kita tanya saja nenek langsung."

Fadil hanya menyapa Sari dan Om Rusli seadanya sementara Ida hanya tersenyum sopan seraya mengangguk. Keempatnya lalu masuk ke dalam rumah dan menunggu di ruang tamu, karena tante Irma akan memberitahukan kedatangan mereka kepada nenek terlebih dahulu.

Tak lama nenek keluar dari bagian dalam rumah. Meski berjalan pelan beliau tampak sehat, namun tak ada senyum di wajahnya. Ida merasa ekspresi nenek sekarang seperti orang yang sedang ditagih utang. Dia yang salah malah dia yang lebih galak. Merasa lucu dengan pemikirannya Ida tersenyum kecil yang sialnya tertangkap mata oleh sang nenek yang malah menetapnya makin sinis.

Nenek kembali duduk di sofa yang sama, sepertinya itu tempat favoritnya. Sebelum mulai berbicara ia sempat berdahem beberapa kali. Tanpa diperintah Sari beranjak dari duduknya dan masuk ke bagian dalam rumah, tak lama kemudian dia keluar lagi dengan membawa segelas air putih. Nenek menerima gelas itu dengan senang hati, senyum terbit di wajah keriputnya seperti senyum sales yang berhasil mencapai target penjualan.

Fix My Past (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang