"Bukannya makin deket sama Celline, malah dideketin gebetannya. Mana bisa kek gini anjir!"
•••
Zidane yang baru saja diputuskan mantan pacarnya dengan beruntung dapat pindah ke sekolah mantannya dengan niat mendekati mantannya kembali
Tapi yang menj...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Awali bacaanmudengan tatap-tatapan :3
Zidan terbangun akibat alarm yang disetelnya benar-benar kencang.
"Ah, udah pagi lagi."
Tanpa berlama-lama, ia melangkah ke kamar mandi dan beraktivitas seperti biasa.
Mandi, berganti pakaian, makan pagi dan pergi sekolah.
Tetapi sesampainya di meja makan, ia tak melihat siapapun disana. Hanya ada makanan yang terlihat baru saja selesai dibuat dengan notes kecil disana.
Maafya mama harus ke luar kota dua hari, mama harusnemenin boss mama kesana. Kalianjagadiri, dan makanannya kalo gahabisjanganlupadipanasinlagi.
Ah, Zidan paham. Ia hanya duduk kemudian memakan makanannya sendiri.
Suasananya sangat sunyi, ia bahkan tak melihat Hansen.
"Si Hansen berangkat pagi buta apa gimana?" Monolognya, ini masih jam 6 dan tidak mungkin Hansen masih tidur jam segini.
Tapi ujung-ujungnya ia mengangkat bahu. Dirapikan kembali meja makan, disimpannya makanan kemudian keluar menunggu bus.
Tapi anehnya, mobil Hansen masih terparkir di tempat yag sama.
"Hansen gak bawa mobil apa gak sekolah ya?"
Brak!
Zidane hampir saja melompat dari tempat duduknya mendengar suara keras dari lantai atas.
Dengan buru-buru ia berlari ke asal suara.
"Astaga Hansen!"
Hansen mengerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang terpancar dari jendela.
Tangannya menyentuh handuk kecil yang menempel di dahinya.
Ah, demam.
"Jangan banyak gerak dulu." Ia menoleh, mendapati Zidane sedang sibuk sendiri menutup pintu kamarnya dengan kaki, kedua tangannya memegang semangkuk bubur.
"Udah ga terlalu panas, tapi keknya bakal naik lagi deh kalo malem." Gumam Zidane setelah menyentuh dahinya.