Ungkapan-14

1.8K 233 23
                                    

Hayoo ungkapan siapa inii??

"Ah!"

Entah sudah kaleng keberapa, Zidane meneguk sodanya seolah tak ada hari esok.

Sesekali dia menyentuh bibirnya, memukulnya pelan dan kembali meminum sodanya.

Ia bahkan belum bisa mengalihkan pikirannya tentang Hansen yang mencium sudut bibirnya pagi tadi dan  ciuman keduanya di siang hari.

Tidak, tindakan Hansen tadi siang lebih ke arah memakan bibirnya.

"Jago banget dia nyiumnya. Gue aja selama ciuman gak sampe kayak gitu." Zidane bergumam.

"Shit! Ngapain malah inget-inget itu sih!" Ia menggeleng sambil menatap langit yang semakin menggelap.

Sekarang sudah hampir tengah malam. Hampir delapan jam ia berada diluar rumah, bahkan ia tak berani untuk kembali pulang mengingat apa yang ia lakukan pada Hansen.

"Kira-kira tamparan gue tadi sakit gak ya?"

Zidane merenung. Sekalipun Hansen lah yang membuatnya reflek menampar pemuda itu, tetap saja ia merasa bersalah.

"Kak Zi?"

Zidane mendongak, didepannya ada Gavin yang kini beralih duduk disebelahnya dengan senyum tengil seperti biasa.

"Belum pulang ya?"

"Iya."

"Mama nyariin loh."

"Tadi aku udah ngechat mama, izin ke kosan temen." Ucapnya. Ia tak mungkin membiarkan Dona khawatir karena ia tak kunjung pulang.

"Kamu sendiri ngapain disini?"

"Gak tau. Aku juga gak mau pulang." Zidane mengernyit, matanya tertuju pada luka disudut bibir Gavin.

"Loh? Bibir kamu kenapa?"

Gavin dengan cepat menutup bibirnya dan menggeleng.

"Ngaku, habis berantem sama siapa?"

"Gak ada kak, ini jatoh dari motor doang."

Zidane menyipit. Kalau diperhatikan, bukan hanya bibirnya yang luka, tapi hampir seluruh wajahnya dihiasi warna ungu yang tak terlalu kentara

"Gak! Kalo jatoh dari motor tangan sama kaki juga luka! Ini cuma bibir kamu doang, mana ungu lagi mukamu. Kamu nyungsep cuma kepala doang? Badanmu melayang?

Gavin terbahak. Zidane dengan omelannya terdengar sangat lucu.

Tak lama tatapan matanya meredup, digantikan dengan raut sedih.

"Kakak yang notabenenya bukan kakak kandung aja perhatian banget." Lirihnya.

Zidane melotot.

"Jangan bilang kamu habis dipukul sama Hansen!?" Gavin menggeleng.

"Bukan. Sekalipun kak Hansen bukan kakak yang perhatian tapi dia gak pernah kasar apalagi sampe mukul."

Gavin menundukkan kepalanya, menjadikan bahu Zidane sebagai sandaran.

Sedangkan Zidane hanya diam, menepuk bahu pemuda yang lebih muda darinya dengan pelan.

Ia menyadari satu hal, bahwa Gavin habis dipukuli dan menolak untuk pulang.

Dan pasti ada kaitannya dengan Hansen.










"Darimana?" Baru saja membuka pintu, Zidane sudah dikejutkan dengan pertanyaan Hansen serta tatapan lurusnya.

[1] Hello, Enemy! | BinHao [END]Where stories live. Discover now