Cheesy, ew! -26

1.4K 176 21
                                    

"Ini masih setengah enam loh."

Zidane tak habis pikir, bisa-bisanya Hansen datang ke komplek perumahannya sepagi ini?!

Apalagi dengan kondisi berseragam lengkap, berbeda dengan Zidane yang masih mengenakan piyama beruang lengkap dengan penutup mata yang dinaikan.

"Ya gapapa. Biar kamu gak nunggu."

"Tapi gue yang gak enak anjir, malah bikin lo nunggu."

"Ya terus kenapa? Toh pacar sendiri."

Zidane mengerjap

Pacar...

Pacar...

Pacar...

Ia menepuk jidatnya, lupa akan status mereka dalam seminggu kedepan.

"Seminggu doang kali."

"Ya namanya tetep pacar kan?" Setelah itu Hansen langsung menerobos masuk, mengabaikan pekikan Zidane.

"Jadi gini ya kamar pacarku?" Hansen merebahkan kepalanya ke kasur Zidane, mencuri bau khas dari kamar tersebut.

"Wangi juga kamar pacar."

"Najis." Zidane bergidik, tapi kontras dengan wajahnya yang tersipu.

Tapi tak lama, ia merasakan ada yang aneh sejak kemarin.

"Lo kok bisa masuk rumah gue seenaknya?"














Biasanya, Zidane akan turun dari mobil Hansen sebelum memasuki gerbang sekolah. Tapi kali ini ia benar-benar menempel bersama Hansen hingga ke dalam kelas.

"Kok bisa?" Tio langsung menutup mulut Matthew ketika pemuda itu membuka mulutnya sebagai respon.

"Ya emang salah jalan sama pacar sendiri?"

Setelahnya, Tio memekik heboh.

"Sejak kapan lo jadi boti?"

"Heh mulutnya!"

"Emang boti kan?"

"Ya bisa jadi Han—"

"Gak! Aura botinya banyakan di elo anjir!" Matthew tertawa mendengar celetukan Tio.

"Tapi kan kemaren gue macarin cewek! Masa iya langsung jadi boti?!" Zidane masih saja membantah.

"Udah ah, boti mulu. Lo juga boti ya!" Tunjuk Matthew pada Tio.

"Tapi kok bisa lo jadian sama Hansen? Padahal kemarin geger tuh lo nonjok doi." Tanya Matthew.

"Ya gegara tinggal serumah kali, jadinya doi demen."

"HEH?! KOK MALAH KUMPUL KEBO?"

"KUMPUL KEBO MATA LO! Kan gue sempet cerita kemarin tinggalnya sama siapa aja, ya gue tinggalnya sama dia plus mamanya."

"Oalah, njing."

"Sialan." Zidane tertawa.

"Tapi lo demen juga ga sama doi?"

Matthew dan Tio berpandangan melihat reaksi Zidane yang diam saja, seolah berpikir.

"Jangan bilang..."

"Alasan gue pacaran sama dia ya cuma mau make sure doang."

"ANJENG SI BOTI?!"

"LO JUGA BOTI YA!"

"DIEM LO BERDUA BOTI!"

"LO JUGA MET!"

"Gak kok, gue semenya si Tio."

Giliran Tio yang nyengir.

"ANJENG?!"


















"Ngapain disini?" Hansen terkekeh. Pertanyaan macam apa itu?

"Pulang bareng? Atau mau jalan-jalan dulu?"

"Yaudah, es krim? Panas nih."

"Apapun buat princess."

Zidane spontan memukul Hansen. "Princess mata lo!"

Hansen terbahak. Ekspresi kesal Zidane justru terlihat cantik dan menggemaskan dimatanya.








Kepulan uap yang keluar dari semangkok es begitu dingin menyapa dagu Zidane.

"Ini beneran es krimnya sebanyak ini?"

"Ya kan kamu maunya es krim sayang."

"Tapi ga sebaskom juga, kan bisa es krim cone atau apa kek." Zidane menggeleng heran, menurutnya otak encer Hansen hanya berlaku di dalan kelas.

"Yang bilang itu cuma buat kamu doang siapa?"

"Hah?"

Zidane melirik ke depan. Benar saja, di meja mereka hanya ada satu ice cream mint choco berukuran besar. Tentu saja ini tidak bisa dihabiskan oleh satu orang saja.

"Jadi—"

Hap.

Hansen spontan menutup mulut Zidane dengan suapan ice cream.

"Iya princess, kita makannya sebaskom berdua. Gapapa kan?" Ucap Hansen santai sambil menyantap ice creamnya.

Sebenarnya Zidane tak masalah dengan itu. Hanya saja, sendok yang digunakan Hansen adalah sendok yang sama.

"Itu.."

"Ini?" Hansen mengangkat sendoknya.

"Indirect kiss ya? Atau kamu maunya yang langsung aja?"

Untung saja kepalan tangan Zidane tak melayang dengan spontan ke wajah tampan didepannya.

"Udah?" Begitu respon Zidane ketika merasa ia sudah makan terlalu banyak, sedangkan Hansen hanya diam.

"Abisin aja. Takutnya aku diabetes."

"Hah? Lo sakit?"

"Gak sih." Hansen mengarahkan kamera ponselnya dan—

Ckrek!

"Nih liat. Menurut kamu apa aku gak bakal diabetes kalo liat pemandangan kayak gini?"

Hansen menunjukkan hasil jepretan tiba-tibanya, disertai cengiran andalannya.

"Yang ada lo muntaber! Derp face kayak gitu malah dikatain manis! Cheesy, ew!"

"Hah? Lo mau gue ew—mmmph!"

"Ngaco. Makan noh es krim, biar bersih isi kepala lo!"

Mari kita biarkan saja mereka.



Part dua puluh enam : Cheesy, ew! —end









Oke adakah yang masih baca book ini? wkwk

[1] Hello, Enemy! | BinHao [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang