34. Weekend

2.4K 253 8
                                    

Adel menggenggam tangan Ashel dengan lembut menelusuri lorong rumah sakit. Di sebabkan keluarga Ashel sudah berkumpul. Itu artinya Adel dan Ashel harus pulang. Karena sebentar lagi keduanya akan menghadapi penilaian semester. Lagi pula dari kemarin Ashel dan Adel selalu setia menemani eyang nya itu.

Keduanya memasuki kamar inap milik eyang Ashel. Di dalam kebetulan hanya ada tante nya Ashel. Kedatangan Adel dan Ashel di sambut baik oleh eyang dan tante Ashel. Ashel dan Adel langsung berpamit pada eyang Ashel dan tantenya untuk pulang.

Kini Ashel dan Adel sudah berada di jet pribadi milik Adel. Sebenarnya Ashel meminta untuk memakai pesawat biasa saja. Namun, Adel kekeuh untuk  memakai jet pribadi saja.

Ashel melirik Adel yang tengah fokus melihat suasana di luar sana dari jendela. Ashel menyunggingkan senyumnya sebelum menyadarkan kepalanya pada lengan Adel.

Adel beralih pada Ashel yang bersandar pada lengannya. Adel tersenyum simpul dan tangannya bergerak mengusap kepala Ashel dengan lembut.

"Kamu ngantuk cel, hum? " Mendengar pertanyaan Adel. Ashel mendongak melihat Adel dari bawah. Setiap melihat wajah Adel itu mampu membuat jantungnya berdegup kencang.

"Engga Adel.. Aku pengen aja.. Ngga papa kan"

Adel tersenyum manis dan mengangguk "ga papa acell.. Kamu laper? Kalo laper aku panggil pelayan"

"Aku udah kenyang. Aku pengen tiduran aja sama kamu. Boleh?"

Adel mengangguk dan tersenyum manis "Tentu bolehh maniezz" Adel mengusap puncuk kepala Ashel.

Adel menurunkan kursi agar nyaman untuk tiduran. Setelah turun sempurna Ashel merangkak ke atas tubuh Adel dan memeluknya. Adel memiringkan tubuhnya menghadap Ashel dan membalas pelukannya.

Entah kenapa Adel merasakan ada yang aneh pada dirinya sendiri. Darahnya berdesir aneh kala Ashel berada di sampingnya. Jantungnya pun selalu berdegup kencang.

"Gue kenapa sih? "

"Del, apa yang kamu lakuin kalo aku pergi dari kehidupan kamu? " Pertanyaan itu spontan keluar dari mulut Ashel. Entahlah tiba-tiba pertanyaan itu terlintas di pikirannya.

Adel menghela nafasnya pelan "Aku mungkin akan bunuh diri. Karena kamu sangat berharga buat aku cel. Kamu itu nafas dan detak jantung aku"

Kalimat itu mampu membuat Ashel menegang. Jantungnya berpacu sangat cepat. Pipinya merona. Ia juga merasakan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya.

Ashel bungkam mendengar penuturan Adel barusan. Ia benar-benar bingung harus mengucapkan apa. Dan merespon apa.

"Udahh.. Jangan di bahas lagi ah. Nanti kejadian beneran" Kata Adel membuat Ashel mengangguk paham.

Selang beberapa menit jet pribadi milik Adel sudah mendarat dengan sempurna di bandara. Di sana sudah ada orang suruhan Gracio untuk menjemput Adel dan Ashel.

o0o

Sementara di kost Nagraputri Zee dan Marsha baru saja selesai melakukan sarapan pagi bersama Christy juga. Niat Zee di minggu pagi ini ia akan mengajak Marsha untuk bersepeda ke taman kota. Dan berlanjut mungkin akan ke rumahnya nanti. Sebab adik serta kedua orangtuanya sudah di rumah. Dan kemungkinan Christy juga akan pulang ke rumah hari ini.

Zee memasuki kamar setelah mendapat izin untuk membawa sepeda dari Eve. Sebenarnya dirinya mempunyai sepeda di rumah. Namun tidak mungkin kalau ia mengambilnya di rumah. Karena jaraknya yang jauh juga.

Zee tersenyum manis kala melihat Marsha sudah siap dan kini dia tengah mengikat rambut panjangnya itu.

"Udah siap? " Tanya Zee yang diangguki oleh Marsha. Marsha pagi ini menggunakan tanktop abu-abu yang di baluti oleh jaket nya. Sementara kekasihnya itu hanya menggunakan celana pendek dan hodie yang di sertai juga topi yang melekat di kepala Zee.

Dear Crush [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang