Instruksi

10 4 1
                                    

#wgaexam

#unbkwga

#quest_5

Gery melaporkan kegiatan hariannya kepada atasan atau ketua tim penanganan kasus pembunuhan berantai. Termasuk pertemuan si Kuncoro dengan Jenar. Atasannya menyarankan untuk melindungi Jenar agar tidak menjadi korban berikutnya dan Gery sudah melakukannya. Dia sudah membekali Jenar dengan alat panggil darurat yang terpasang GPS sehingga jika sewaktu-waktu terjadi hal yang genting, Jenar bisa meminta tolong kepada Gery.

"Ok, terus awasi Mr. K dan jaga gadis itu. Jangan sampai kita kecolongan."

"Siap, 86." Gery menyahut dengan pasti.

Gery keluar dari dalam lemari baju yang diubah menjadi pintu ruangan rahasia. Di dalam ruangan tersebut terdapat peralatan canggih yang terhubung. Ada tiga monitor yang memantau titik-titik crusial yang sebelumnya sudah dipasang cctv. Titik tersebut berhubungan dengan tempat yang biasa didatangi oleh Kuncoro atau Mr. K.

Sebelum tidur, Gery sempat mengirim pesan kepada Jenar untuk menanyakan keadaannya. Hanya berselang hitungan detik, Jenar membalas dan membuat Gery lega. Jujur saja, jauh di lubuk hatinya, Gery masih menyayangi Jenar. Keduanya berpisah karena orang tua Jenar tak memberi restu. Mereka terpaksa putus.

Keesokan harinya Gery dibangunkan oleh suara sirine yang berasal dari alat panggil darurat. Sinyal itu dikirimkan oleh kantor pusat melalui tower yang diatasnya seperti toa masjid. Toa tersebut mengirim sinyal satelit yang lebih cepat dari sinyal sambungan telepon.

Ketika suara wiu-wiu terdengar, Gery buru-buru melakukan sambungan video untuk rapat dadakan. Dia tak mengindahkan penampilannya yang hanya memakai celana boxer dan kaus dalam berwarna putih.

"Lapor, serigala putih siap menerima perintah!" ujar Gery dengan lantang.

Tak hanya Gery saja yang hadir dalam panggilan video berskala besar itu, tetapi seluruh polisi Sat-Intelkam di Jawa Tengah juga hadir di sana. Ketika sambungan terhubung, para intel tersebut melapor dengan tertib. Mereka fokus untuk menerima instruksi berikutnya. Tak ada yang menertawakan atau membicarakan pakaian masing-masing. Maklum saja, panggilan itu dilakukan pada pukul 02.00.

"Serigala Putih, Pinguin, Harimau Belang, dan Elang, cepat bereskan barang-barang kalian. Lalu kembali ke pusat," perintah komandan yang memakai baju lengkap. Laki-laki gagah berseragam tersebut berada di markas pusat. Terlihat dari latar belakang yang biasa dilihat Gery saat berada di markas pusat, layar LCD yang berjumlah lebih dari sepuluh.

"Siap, Komandan." Nama-nama samaran yang dipanggil termasuk Gery menjawab dengan serempak.

"Izin bertanya, Komandan." Elang lanjut bertanya ketika selesai menyahut.

"Silakan," balas Komandan dengan nada tegas.

"Bagaimana dengan operasi Mr. K, Komandan?"

"Menurut informasi, Mr. K akan bergerak ke Jakarta dan meledakkan bom bunuh diri." Komandan menyampaikan hal yang dia dapat dari sumber yang bisa dipercaya. Anak buahnya memasang alat penyadap yang bisa menyadap percakapan antara Mr. K dengan siapapun dia berbicara di telepon.

"Izin bertanya, Komandan." Gery juga mengajukan pertanyaan untuk mengusir rasa khawatirnya. Dia cemas dengan keberadaan Jenar yang sempat bertemu dengan Mr. K.

"Silakan."

"Bagaimana dengan terduga korban yang memegang alat panggil darurat?" Gery melontarkan pertanyaan.

"Biar itu menjadi urusan anggota sektor Bantul." Komandan menjawab dengan nada yang serius.

Kemudian seorang staf dari markas pusat menjeda dan membisikkan sesuatu kepada Komandan. Dari ekspresi yang tersirat setelah mendengar laporan staf tersebut, sepertinya hal itu bukan kabar baik.

"Lima menit yang lalu, Mr. K telah tewas karena mobil yang dikendarainya meledak."

Harapan Gery untuk bisa bertemu dengan Jenar sepertinya harus pupus. Dia harus kembali ke markas sesuai instruksi dari Komandan.

~ o0o ~

GalauWo Geschichten leben. Entdecke jetzt