Pria Sejati

7 3 0
                                    

#wgaexam

#unbkwga

#quest_10

Seratus dua puluh tahun yang lalu, Kakek buyut Haedar lahir di korea tepatnya sebelum masa pemerintahan dinasti joseon berakhir. Bayi laki-laki itu diberi nama Hae Yeo. Sang ibu yang melahirkan bayi mungil dengan kulit seputih kapas tersebut hanya seorang rakyat biasa. Suaminya ikut berperang untuk membela negara, bahkan saat Hae Yeo lahir sampai beranjak dewasa, dia tak pernah bertemu dengan ayahnya. Beliau gugur di medan perang.

Ibu Hae Yeo membesarkan anaknya sendirian. Dengan bekerja sebagai tukang masak di istana, Hae Yeo kecil tidak pernah kelaparan. Makanan sisa yang tidak habis dimakan oleh Raja dan penghuni istana lainnya menjadi makanan yang lezat untuk Hae Yeo. Namun, ketika dinasti Joseon berakhir, hidup Hae Yeo muda sungguh sulit. Dia dan ibunya harus berjuang hidup.

"Bu, bolehkah aku menjadi kesatria seperti paman tadi?" tanya Hae Yeo ketika melihat pria muda yang menolongnya dari penjahat.

Ibu Hae Yeo mengelus rambut anaknya lalu berkata, "Tentu boleh."

Paman yang dimaksud oleh Hae Yeo mendengar ucapan anak kecil tersebut, lalu dia menyahut, "Patuh dan lindungi ibumu, jika kita bertemu lagi, kamu akan paman ajari bela diri."

Betapa senangnya Hae Yeo muda dengan perkataan yang dilontarkan oleh paman yang membawa pedang itu. Dengan mata yang berbinar, Hae Yeo membalas, "Baik, Paman. Aku akan patuh dan melindungi Ibu."

Senyuman tak henti terlukis di wajah tampan Hae Yeo muda meski punggung paman kesatria itu telah lenyap dari pandangan beberapa saat yang lalu. Sementara itu, Ibu Hae Yeo harus menghibur anaknya karena takut janji yang dilontarkan pria tersebut bisa saja tidak ditepatinya. Kesempatan untuk bertemu kembali tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Nak, ayo kita pulang," ajak ibu Hae Yeo sambil memegang bahu sang anak.

Hae Yeo yang bertambah percaya diri tersebut mengangguk dengan tegas. Dia yakin dengan takdir. Mereka akan bertemu kembali.

Sambil berjalan di samping anaknya, ibu Hae Yeo mencoba mengingat wajah dari kesatria tadi. Meski penampilannya seperti bangsawan, tetapi dia tidak pernah melihat kesatria itu di istana. Terselip kecemasan di hati ibu Hae Yeo. Bisa saja pria tersebut adalah musuh. Namun, dia mengenyahkan kekhawatiran itu karena yang terpenting nyawanya dan Hae Yeo selamat.

~ o0o ~

Sebagian besar masyarakat korea menganut Atheis, Hae Yeo selalu berharap agar bisa berkesempatan untuk bertemu kesatria yang tidak diketahui namanya tersebut. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Masa penantian Hae Yeo berakhir sepuluh tahun kemudian. Hae Yeo yang berusia 17 tahun tersebut bertemu dengan kesatria itu.

Keduanya tidak sengaja bertemu ketika Hae Yeo sedang pergi ke hutan untuk mencari daun obat-obatan. Hae Yeo dan ibunya membantu seorang tabib tua yang mau memberi mereka tempat tinggal asalkan mau mencari bahan obat-obatan dan kayu bakar.

Paman kesatria itu ditemukan Hae Yeo dalam keadaan lemah dan terluka. Hae Yeo kemudian membawa pria tersebut ke rumah tabib tua yang sudah dia anggap sebagai kakek. Kesatria tersebut Hae Yeo bawa dengan gerobak yang biasa dia gunakan untuk mengangkut kayu bakar.

"Bukankah kamu anak kecil yang dulu?" tanya kesatria itu ketika keadaannya telah membaik.

"Iya, Paman. Apa paman bisa mengingatku?" Hae Yeo remaja amat senang ketika paman kesatria itu siuman.

"Tentu paman ingat. Laki-laki sejati akan menepati janjinya. Untuk itu paman berjuang hidup agar bisa bertemu kamu lagi." Kesatria tersebut menghela napas kemudian menyuruh Hae Yeo untuk mengambil tas yang selalu dia bawa.

Hae Yeo menurut, tas yang terbuat dari kain berwarna abu-abu itu didekatkan kepada paman kesatria. "Ini, Paman."

Paman Kesatria itu bangun lalu mengambil buku yang berada di dalam tasnya. Buku tersebut dia berikan kepada Hae Yeo lalu berkata, "Pelajarilah gerakan yang sudah Paman gambar di buku ini. Setelah Paman sembuh, kita berlatih bersama."

~ o0o ~

GalauHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin