Pencarian

5 2 0
                                    

#wgaexam

#unbkwga

#quest_15

Bosan dengan menikmati pemandangan dari dahan pohon, Haedar berjalan ke arah lain. Di villa itu, dia pertama kali berkunjung karena baru selesai pembangunannya. Papanya seorang manager operasional di sebuah perkebunan yang letaknya dekat dengan villa Haedar. Sementara mamanya seorang peneliti yang bekerja di ibu kota.

Sehari-hari keluarga Haedar jarang berkumpul lengkap karena menjalani kehidupan LDM (Long Distance Marriage). Terkadang papanya yang pulang ke Jakarta untuk menemani atau mamanya yang tinggal bersama Haedar. Meski begitu, semua perhatian kedua orang tua Haedar tercurah kepadanya karena dia anak semata wayang.

Sudah dua hari Haedar berada di villa. Nantinya rumah itu menjadi tempat peristirahatan untuk papanya setelah lelah bekerja. Rumah tersebut menjadi saksi jerih payah papa dan mamanya. Papa Haedar, Fahmi rela tinggal di mess karyawan untuk membaur dengan teman yang sama-sama bekerja di perkebunan.

Haedar berjalan-jalan di sekitar villa. Dia menyusuri jalan dan membiarkan insting menuntun langkahnya. Haedar bertemu aliran sungai yang airnya jernih. Dia mengikuti lekuk sungai untuk menemukan hulu sungai. Lelaki yang bertubuh tegap itu ingin berenang di hulu. Sesekali dia menoleh ke belakang untuk melihat keberadaan penduduk sekitar. Namun, harapannya tak terkabul. Tak ada yang orang yang dia temui di sana.

Kaki Haedar berhenti ketika dia malah menemukan sebuah gua. Hatinya bimbang kemudian dia bermonolog. "Aku masuk atau tidak, ya?"

Kaki kanannya mulai melangkah, tetapi perasaan tak nyaman menyergapnya. Kemudian Haedar membatalkan niat. Dia berbalik arah dan ingin pergi. Namun, rasa penasaran menggerogoti relung hati Haedar. Dia bingung, pergi ke dalam gua atau pulang ke villa.

Haedar kemudian melihat ke kancing kemeja yang dia pakai. Dia menunjuk benda kecil tersebut sambil berucap, "Pulang, pergi, pulang, pergi, pulang, pergi."

Ternyata jawaban dari kancing Haedar adalah pergi. Itu artinya Haedar harus masuk ke gua. Hati kecil Haedar menyerukan agar lebih baik Haedar pulang saja. Bahaya jika Haedar memaksakan menjelajah ke gua tanpa persiapan.

~ o0o ~

Hari berikutnya, Haedar sudah berada di mulut gua. Di punggungnya sudah ada tas yang berisi peralatan yang sekiranya bisa dia gunakan di dalam gua yang gelap itu.

Haedar menyalakan lampu charger yang sudah dia bawa dari rumah. Dengan penerangan yang terbatas itu, Haedar melangkah ke dalam gua. Meski sudah ada lampu, lelaki yang memakai jaket tersebut berjalan pelan. Kondisi gua yang penuh dengan batuan kasar dan tidak rata membuat Haedar harus berhati-hati.

Samar-samar, Haedar mendengar suara air yang gemericik. Dia berpikir ada sumber air yang berada di dalam gua. Lalu dia melihat angka di arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah lima belas menit dia berjalan di dalam gua, tetapi belum juga menemukan hal yang istimewa.

Sampai akhirnya, langkah Haedar terhenti saat dia mendengar auman yang nyaring, auuum! Bulu kuduknya berdiri dan hati kecil menyuruhnya untuk berlari meninggalkan gua. Jantung Haedar berdetak tak keruan begitu juga dengan napasnya yang terengah-engah.

~ o0o ~

GalauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang