5. Murid Baru

32 19 15
                                    

Salah seorang dari para pemain dari club basket MIPA itu menarik kerah baju Harsiel, dan mendorongnya hingga terjatuh. Harsiel yang terjengkang ke tanah segera bangkit dan melakukan perlawanan.

"Sopan santun apanya? Kalian yang tidak bisa menghargai cewek!" Harsiel mendorong bahu siswa yang telah mendorongnya tadi.

"Oh, kau ingin memancing keributan, ya?" Yang lain langsung membalas dengan mendorong Harsiel.

"El, udah! Kita ke kelas aja," ucap Eris mendekati Harsiel. Namun, Harsiel tak menanggapinya.

"Kalian yang ngajak ribut!" Harsiel menggertak dan menantang para siswa yang sudah mulai kesal itu.

"Oh, jadi kau benar-benar ingin menantang kami? Apa kau yakin?" Salah seorang melempar bola basket ke arah Harsiel dengan sangat keras hingga mengenai kepalanya.

Harsiel memegangi kepalanya. Ia berlari dan langsung memukul wajah orang yang melemparkan bola ke arahnya. "Kalian pikir dengan orang sebanyak kalian membuatku takut?"

"Sudah, Harsiel! Hentikan! Ayo, kita ke UKS! Keningmu lebam itu." Eris mencoba mendekat. Kemudian Harsiel memberi isyarat agar Eris tetap menjaga jarak dari mereka.

Pertengkaran terjadi. Beberapa dari mereka menghajar Harsiel secara kompak dan bersamaan. Beberapa juga menonton dan menertawai, bahkan ada yang merekamnya dengan kamera ponsel. Harsiel terus melawan mereka, tetapi kekuatannya tidak cukup dibanding dengan mereka semua.

Eris memohon kepada mereka untuk berhenti. Dia berteriak meminta tolong agar seseorang dapat menghentikan mereka. Hingga akhirnya, Ani dan beberapa temannya dari kelas lain muncul. Eris sangat senang, ia meminta tolong pada Ani agar segera memanggil guru.

Bukannya membantu untuk melerai, Ani dan teman se-geng tomboy itu langsung mendekat untuk menyerang anak-anak basket itu. Pertengkaran terus berlanjut. Eris segera menerobos kerumunan, sementara mereka sedang sibuk saling menyerang dan mengumpat. Ia menemukan Harsiel tergeletak di tanah dengan luka lebam yang cukup banyak.

Harsiel berusaha untuk bangkit lagi. Amarahnya masih di luar kendali. Eris membantunya untuk berdiri, dan meminta Harsiel untuk segera berhenti melawan. Namun, tiba-tiba Harsiel terbatuk dan memuntahkan darah. Ia terjatuh kembali ke tanah dan memegangi dadanya.

"Harsiel, ada apa? Kau terluka. Ayo kita ke UKS!" Eris terlihat panik.

Sepersekian detik kemudian, Harsiel kehilangan kesadarannya. Ia jatuh pingsan dan hal itu membuat Eris semakin panik.

***

Kini, Harsiel telah dibawa ke UKS dan Eris menjaganya di sana. Sementara itu, Ani dan teman-temannya, serta anak club basket itu telah menghadap guru BK untuk dimintai keterangan tentang kejadian itu.

"Cemen banget sih lo jadi cowok." Eris menggerutu sendirian.

"Kamu kan udah tahu kalau mereka tuh banyak, jadi nggak bisa dilawan sendirian."

"Eh, malah belagu mau lawan sendirian," ucap Eris sambil menatap Harsiel yang masih belum sadar.

"Sok banget sih, jadinya begini deh. Siapa yang rugi, hah?" Eris seperti ingin memarahi Harsiel saat itu.

"Tapi, makasih ya, udah mau nolongin aku," lanjutnya sambil mengelus punggung tangan temannya itu.

Jarum jam terus berputar, Eris menunggu Harsiel lebih dari setengah jam. Ia kelihatan sangat bosan di sana. Harsiel juga masih belum sadarkan diri.

"Aku penasaran, Ani dan yang lainnya akan dapat hukuman, nggak ya?" tanyanya sendirian.

"Ah, mana aku sudah ketinggalan jam pelajaran pula. Aku harus pinjam catatan ke siapa nanti, ya?"

Choco FlowerWhere stories live. Discover now