6. Teume Akut

23 16 13
                                    

Sepulang sekolah, Eris kini dibonceng Harsiel yang telah sadarkan diri, menuju rumahnya. Harsiel mengendarai sepeda motornya dengan pelan-pelan mengingat ia sedang terluka. Eris menatap beberapa bunga yang tumbuh di pinggir jalan dan tersenyum senang.

"El, untung saja tadi aku sempat mengulang belajar kimia. Semua soalnya gampang-gampang," ucap Eris.

"Yah, aku ketinggalan ulangannya. Mampuslah aku, kalau ulangan susulannya tidak semudah hari ini," balas Harsiel.

"Setahuku, itu tidak akan susah kalau kau betul-betul belajar." Eris memberitahu.

"Mudah mengatakan, sulit melakukan," ujar Harsiel sambil terkekeh.

"Kamu sih tadi, kenapa harus meladeni orang sebanyak itu? Udah tahu otot lu tuh lembek banget kayak kerupuk. Untung cuma segini aja lukanya." Eris menggeplak helm Harsiel.

"Aish, sakit! Jangan dipukul begitu dong! Yah, itulah cowok, Ris. Kalau tadi aku nggak melawan, entar aku dibilang cemen," celetuk Harsiel.

"Elu emang cemen sih," ujar Eris sambil tertawa.

"Ngomong-ngomong, ada anak baru di kelas kita, lho!" Eris melanjutkan.

"Anak baru? Seriusan? Cewek apa cowok?" Harsiel terkejut.

Eris menjawab dengan cepat. "Iya, dia cowok. Katanya sih, dia pindahan dari Korsel, terus orangnya cakep lagi. Dia tadi masih belum ke kelas, dia kayaknya ke ruang wali kelas kita deh. Aku ketemu dia pas di lapangan basket pas nyari buku kimiaku yang ketinggalan. Eh, rupanya dia yang nemu tuh buku. Dia kembalikan buku itu, deh. Gitu ceritanya!"

Harsiel mengangguk paham. "Korsel? Maksudmu, Korea Selatan? Wah, keren juga. Dia bisa bahasa korea dong, pasti. Apa dia asal SMA SOPA? Atau apa dia pernah ke gedung Bighit gitu?"

"Ya, kalau gitu aku nggak tahu." Eris membalas.

"Oh, ya. Tadi katamu dia cakep. Kalau begitu, lebih cakep mana aku atau dia?" Harsiel kembali bertanya.

"Ya, jelas kamu deh, kamu tuh cakep pake banget," jawab Eris yang membuat Harsiel berdehem.

"Ya iyalah, orang secakep aku ini, nggak ada lawan deh. Aku nih adeknya Taehyung, tahu nggak? Kalau kamu tadi jawabnya anak baru itu lebih cakep, aku bakal turunin kamu dari motor ini." Harsiel tertawa.

Eris ikut tertawa. "Tapi bo'ong, dia lebih cakep dari pada kamu!"

Seketika juga, Harsiel mengerem sepada motornya secara mendadak dan membuat Eris terkejut. "Turun sekarang juga!"

"Eh, El. Aku cuma bercanda, ih!" Eris cemberut.

***

"Ani, lu gimana sekarang?" tanya Eris ketika menelpon Ani, temannya.

"Aku sih, aman atuh. Ini kakakku lagi olesi obat ke lukanya. Luka kecil, kok. Jangan khawatir, dah. Gimana lu? Aman juga?"

"Seratus lima puluh persen aman! Dijamin masih utuh!" jawab Eris.

"Bagus dah kalau gitu. Aku senang lu aman. Yaudah aku mau lanjut ini dulu, ngobatin luka ini. Agak perih sih, sebenarnya."

"Ya, ampun! Cepat pulih ya, Ani huwuww. Eh, kalian dapat hukuman, nggak?"

"Kalau kami, cuma bersihin toilet aja tadi siang. Secara, kami nggak salah karena mau nolongin si Harsiel. Nah, kalau kakak kelas bacot itu dihukum bersihin toilet dan halaman sekolah selama seminggu. Terus, mereka juga harus minta maaf ke Harsiel secara langsung. Gitu deh ..."

"Oh, oke deh, Ani. Aku senang kamu nggak dihukum berat. Yaudah, cepat sembuh ya!"

Eris menutup teleponnya. Ia menarik napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Rasanya begitu lega mendengar sahabatnya itu masih hidup, alias baik-baik saja. Kini, ia beralih menelpon Harsiel.

"El, gimana lukanya?"

"Baru juga beberapa jam, udah ditanya aja kabarnya. Kangen, ya?"

"Bukan gitu, bego! Aku cuma mau memastikan aja kalau kamu tuh masih hidup, gitu."

"Ini, gue lagi di Rumah Sakit, nih."

"Hah? Rumah sakit? Seriusan? Lukamu tambah parah? Atau ada luka dalam?"

"Luka hati, sih, soalnya keinget Garam Le Sserafim."

"Serius lah, woi!"

"Iya, serius. Bukan apa-apa, sih. Ini mama yang ngotot bawa aku ke Rumah sakit. Katanya mau di-check kalau aku beneran baik-baik saja. Secara luka lebam ini banyak banget, tahu nggak?"

"Oh, gitu. Mamamu perhatian sekali ya, El. Lucu sekali cuma luka begitu dibawa ke Rumah sakit."

"Maklum, anak kesayangan."

"Dih, cowok kok manja."

"Iya, deh. Si paling nggak manja sama mamanya."

"Okelah, semoga cepat sembuh aja, deh. Eh, lu ke sekolah nggak besok?"

"Kayaknya, enggak deh. Soalnya mama nggak setuju kalau besok aku ke sekolah. Biar kering dulu luka ini katanya."

"Oh, ya udah deh. Mama kamu ada benarnya. Istirahat dulu sana, nanti aku sampaikan ke guru soal keadaan kamu."

***

Selesai teleponan, Eris segera menuju dapur dan mengambil beberapa makanan ringan di kulkas. Ia membawanya ke kamar, lalu memulai ritual yang lebih penting daripada skincare-an, yaitu menonton ulang Treasure MAP di YouTube.

"Lihat deh, ayah kalian tuh ada di layar!" Eris berkata pada boneka Truz, Ruru dan Woopy miliknya.

Ya, begitulah Aelhea Erisa. Seseorang yang memiliki sisi terang, yakni anak berprestasi yang selalu ikut olimpiade di mana-mana, dan juga memiliki sisi gelap, yakni berbicara pada diri sendiri, berbicara pada photocard idol, atau boneka Truz, dan bahkan meng-halusinasi menjadi istri Watanabe Haruto, ataupun kekasih Park Jeongwoo.

"Treser mep, uwii!" Eris menyanyikan part akhir di Theme Song Treasure Map tersebut.





T. B. C.

Btw, kalian KPopers? Atau Wibu? Atau tim netral?

Kalau KPopers, kalian fandom mana, nih?

Ada Treasure Maker atau Teume? Berarti samaan dong dengan Eris dan Authornya.

Choco FlowerWhere stories live. Discover now