02. Kuingin Dia di Sisiku Kala Itu

28 9 14
                                    

02. Kuingin Dia di Sisiku Kala Itu

Kehilangan.

Kata itu ... sebenarnya aku pernah merasakannya beberapa kali di waktu masih kecil—aku yang masih tak mengerti akan itu semua tidak merasakan hal-hal yang tak mengenakkan, maksudku kesedihan. Hingga akhirnya, aku kembali merasakannya di kala aku sudah cukup dewasa untuk mengerti makna 'pergi yang tak lagi dapat kembali'.

Peristiwa tersebut sangat amat membekas di hatiku, bagaimana saat itu—enam hari sebelum hari kelahiranku—salah satu orang yang memiliki peran penting dalam kehidupanku pergi untuk selama-lamanya. Ya, takkan kembali.

Banyak perubahan drastis yang terjadi selepasnya dan aku hanya terpaku pada rasa sedih itu hingga rasanya dapat kuhitung berapa kali kubuka handphone-ku dalam sekian hari. Namun, di malam kejadian itu, aku tak kunjung tidur padahal pandanganku sudah buram lantaran menangis selama berjam-jam. Aku pun memutuskan untuk menyalakan handphone-ku dan mendapati sebuah pesan masuk dari Instagram.

"Sya, are you okey?"

Bodoh. Mengapa dia harus mempertanyakan sebuah pertanyaan yang kuyakin tanpa kujawab, ia pun tahu jawabannya. Namun, dikarenakan dia salah satu orang terdekatku, aku menceritakan semua yang kurasakan kala itu kepadanya. Menceritakan perihal orang-orang yang dengan mudahnya mengatakan padaku untuk 'melupakan saja'.

"Tapi ... pada hakikatnya, kita bisa melupakan semua rasa yang pernah ada, 'kan? Gini, ya, Sya, orang-orang yang meminta kamu untuk melupakan saja itu sebenarnya hanya ingin kamu melupakan rasa sedih kamu, bukan momen dan orangnya."

Dia benar. Mungkin memang begitu maksud orang-orang. Sepertinya, kesedihan yang menyelimuti hatiku membuat aku tidak bisa mengendalikan pikiran.

Di kata-kata yang terkirim dalam pesan selanjutnya, pria senja itu menegaskan untuk aku melakukan sesuatu yang malah kulakukan sebaliknya.

"Kamu gak sendiri, ada aku dan yang lainnya. Enam hari menuju ulangtahun kamu, aku gak mau ada tangisan."

Semesta, sebenarnya jikalau bisa, aku ingin dia di sisiku kala itu.

Kisah-Kisah yang Terbang Bersama AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang