09. Tertutup Kembali

5 2 0
                                    

09. Tertutup Kembali

Memasuki tahun ajaran baru, kuawali dengan lembar baru pula. Dari aku yang sudah bisa melupakan dia yang pernah kusukai, berusaha meningkatkan prestasi dalam capaian nilai akademik, dan non akademik dalam dunia literasi, pun mencoba untuk tidak terlalu menutup diri dari orang-orang baru yang kutemui.

Aku menyadari bahwa terjalinnya sebuah hubungan itu tidaklah dimulai dari satu pihak sahaja, melainkan beberapa pihak yang terlibat dalam ikatan tersebut. Begitu pula dalam pertemanan, aku tidak bisa mengharapkan seseorang memulainya denganku ketika aku mungkin tidak menghiraukan pendekatannya. Oleh karena itu, aku bermaksud ingin membuka diriku untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan, juga orang-orang yang ada di dalamnya.

Namun, besar usaha yang kulakukan, tampaknya tak dihargai apalagi dipedulikan. Mereka tak acuh akan hal itu. Awalnya, aku pun tak mengacuhkannya, aku tak mempermasalahkan perihal kesendirianku di sekolah. Hingga, aku menyadari kehadiranku hanya mereka hargai tatkala mereka membutuhkanku, setelahnya … sudah, aku kembali dibiarkan begitu saja.

Makin hari, tingkah mereka makin menyakitkan rasanya. Padahal, kupikir aku tidak melakukan sesuatu yang berpotensi mengganggu kenyamanan mereka sehingga mereka merasa enggan denganku. Aku ingat ketika ada tugas kelompok, tak satu pun dari mereka mengajakku untuk menyertai mereka. Malah, mereka secara terang-terangan menolakku untuk masuk ke dalam kelompok.

El ....

Biarkan aku mengeluh ... kali ini saja.

Sebenarnya, aku sudah lelah berpura-pura tegar dan baik-baik saja menerima perlakuan, hingga kalimat menyakitkan mereka. Namun, aku tak bisa melakukan apa pun selain berdiam diri.

Sampai akhirnya, aku mengetahui perlakuan buruk yang kuterima selama ini tak jauh kaitannya dari masalah pria. Sejatinya, aku bingung akan ketakukan mereka perihal lelaki tersebut benar-benar menyukaiku ketika mereka bahkan lebih segalanya dariku. Lagipula, aku tidak bisa mengendalikan sesuatu yang kendalinya bukan dariku, contohnya seperti rasa suka pun rasa tidak suka beberapa orang terhadapku. Jadi, jikalau pria yang salah seorang dari mereka sukai malah menyukaiku, itu di luar kendaliku, 'kan?

Namun, tampaknya mereka tidak peduli. Mau seberapa baik pun aku bertindak, mereka tetap akan memperlakukanku demikian. Hingga, sampai di titik di mana aku merasa tidak kuat dan ingin menyerah, pun selepas segala perlakuan yang kudapatkan nan tak jauh keterkaitannya dengan topik seorang pria, kupikir ....

Aku takkan ingin berurusan dengan seorang pria dalam aspek perasaan lagi untuk ke depannya.

Kisah-Kisah yang Terbang Bersama AnginWhere stories live. Discover now