10. Menemukan Kenyamanan

6 3 1
                                    

10. Menemukan Kenyamanan

Kukira, selepas pindah ke lingkungan yang baru, aku akan mengalami keterlambatan dalam proses adaptasi dengan orang-orang yang kutemui. Namun, mereka yang menyambut pun dengan senang hati menerimaku membuat aku dengan mudah dapat membaur dan menikmati masa-masa menyenangkan tatkala aku tercebur dalam lingkup pertemanan.

Beberapa yang tak kutemui di tempat lama, salah satunya ialah teman sebangku yang menyenangkan. Dalam kurun waktu tidak sampai sehari, kami bisa sangat akrab seolah dua orang yang saling mengenal lama. Kami juga kerap kali saling bercerita tentang apa pun.

Selain itu, di sini, aku juga menemukan kamu dalam wujud seorang perempuan, El. Sama sepertimu, kata-katanya memang ‘pedas’, walau tidak separah kamu. Namun untuk seorang perempuan, aku mengagumi keberaniannya dalam mengungkapkan kejujuran walau itu berpotensi menyakitkan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau kalian bertemu, entah kalian akan beradu mulut atau pun sekadar saling mendiamkan (kuharap, dia tidak akan marah karena hal ini ketika ia membacanya. Hahaha).

Namun, walau sering terlampau jujur dalam menyampaikan sesuatu, dia juga sama sepertimu dalam hal mendukung karya-karyaku, dan selalu membaca tulisan omong kosongku. Pun, dia orang pertama yang kuceritakan secara langsung perihal kamu dan mau mendengarkan segala keluhanku. Sehingga … aku sangat berterima kasih untuk itu.

Oh, iya, El …, aku dijodoh-jodohkan dengan seseorang di sini. Untukku, dia itu pribadi yang lucu, ya …, sekurang-kurangnya dia tidak kaku sepertimu. Hahaha, tapi tenang saja, sebagaimana aku mengetahui betul bahwa semuanya sekadar candaan, aku pun takkan dengan mudah terbawa perasaan. Lagipula, tampaknya mau di mana pun aku berada, lontaran candaan bersirat menjodohkan itu memang seringkali kudapatkan, dan aku hanya dapat memilih diam sebagai tanggapan.

Namun, jikalau aku boleh jujur, kalimat candaan begitulah yang mampu membuatku merasa … ada. Aku senang mereka menyadari kehadiranku dan mengisi ruang sepiku dengan ramai candaan yang mereka lontarkan.

Senang karena pada akhirnya aku dapat menemukan tempat menuntut ilmu yang mampu menciptakan rasa nyaman dan aman, pun aku sedih tatkala mengingat semua peristiwa menyenangkan yang kulalui sekarang hanya dapat kusampaikan kepadamu melalui tulisan, bukannya secara lisan dengan raga yang saling berhadapan. 

Kisah-Kisah yang Terbang Bersama AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang