04. Perihal Pertemanan dan Kamu

18 8 6
                                    

04. Perihal Pertemanan dan Kamu

El, aku ingat. Kita pernah saling bertukar pesan dengan topik pembahasan perihal ‘awal kedekatan’. Ya, awal kedekatan antara kamu dan aku yang ‘terpaksa’ terjalin karena kesadaran akan saling keterlibatan dalam projek pertunjukan teater kala itu.

Setelah kupikir-pikir, aku takkan menuliskan di sini rentetan peristiwa yang terjadi semasa proses di balik layar pertunjukan teater itu, karena … lembar cerita yang sengaja kurampungkan ini hanyalah sebuah objek untukku meluahkan segala yang kurasa agar kamu bisa mengetahuinya, bukan untuk mengisahkan suatu kejadian yang menyiratkan bahwa pada awalnya, hubungan kita pernah berada di fase yang ‘tidak baik-baik saja’.

Saat itu, aku mendekati kamu untuk menjalin pertemanan bukan semata-mata hanya … ‘oh, aku mau berteman sama dia’—tidak, El. Namun, entah mengapa, melihat kamu yang seakan tidak memberi celah untuk siapa pun dekat denganmu, kupikir bentuk pengasingan diri kamu selama ini bukan sekadar senang menyendiri atau pun kegemaran akan sepi.

Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk melakukan tindakan yang beberapa kali pernah kulakuan dengan beberapa orang—mengusung kedekatan agar dapat menjalin pertemanan. Kebetulan, kita juga tengah dihadapkan pada realita di mana aku adalah penulis naskah drama dan kamu merupakan sutradara yang akan mengatur jalan pertunjukkannya—maksudku, kita ini partner yang harus berkerjasama untuk menorehkan hasil memuaskan dan takkan bisa rasanya saling berdiskusi jika kita hanya berperan sekadar formalitas dengan adanya kecanggungan yang seakan menjadi pembatas.

Pada awalnya, aku sempat nyaris menyerah, karena memang … kamu sangat sukar untuk didekati seolah ada tembok penghalang yang sengaja kamu bangun di sekitarmu, pun hati kecilku sudah berkali-kali tersakiti dengan deretan kalimat ‘pedas’ yang kamu lontarkan. Namun, aku menyadari bahwa membangun suatu hubungan tampaknya tak sesederhana itu untukmu.

El, aku yang kamu kenal masih sama hingga kini. Aku masih menjadi orang yang menunggu ajakan pertemanan walau beberapa kali aku yang terlebih dahulu melemparkan tawaran. Orang-orang yang ‘lebih dulu kumulai’—untuk berteman—sejatinya merupakan mereka yang pada awalnya memiliki alasan di balik prinsip mereka untuk menjauhi lingkup pertemanan, tetapi aku ingin mereka tahu bahwa mereka juga pantas untuk berteman.

Syukurnya, beberapa dari mereka yang berprinsip demikian pada akhirnya dapat kululuhkan, termasuk kamu. Ah, aku kehabisan kata-kata, aku tidak tahu kata apa yang cocok selain ‘kululuhkan’. Pokoknya, aku hanya ingin kamu tahu, bahwa terkadang kehidupan memang tak selalunya berjalan seperti yang kita inginkan, tetapi menolak hal-hal yang mungkin dapat menimbulkan perubahan dalam aspek kebaikan sejatinya bukanlah kesalahan.

Terima kasih, ya, sudah mau membuka diri untuk aku dan beberapa orang lainnya.

Kamu tahu, ‘kan, terkadang ada beberapa hal yang akan melegakan jika diceritakan? Jadi, jangan ragu untuk menghubungiku kalau kamu membutuhkan seseorang yang ingin kamu jadikan pendengar untuk segala ceritamu, ya? Karena aku akan dengan senang hati mendengarnya.

Kisah-Kisah yang Terbang Bersama AnginWhere stories live. Discover now