07. Pernyataan Suka

6 4 2
                                    

07. Pernyataan Suka

Setengah tahun selepas pertunjukan teater di bulan Agustus itu telah kulalui. Aku senang karena lakonan drama pendek tersebut berjalan lancar dan bahkan melebihi ekspektasi. Juga, tak dapat dipungkiri bahwa aku gembira sebab mendapatkan banyak pembelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di kala itu. 

Hubunganku dan El telah makin baik pula, kami benar-benar sangat dekat sekarang—selayaknya sepasang sahabat pada umumnya. Kata ‘saling’ yang El sematkan dalam kalimatnya di tengah hujan kala itu juga benar-benar dia tepati, pun melihat dia yang seakan mau berusaha membuka diri, aku juga turut mengusahakan hal serupa untuk berbagi.

Walau mengukirkan banyak kenangan pahit, tetapi masa-masa teater sangatlah berharga, hingga rasanya aku ingin mengulangnya kembali jikalau bisa. Namun, anganku itu tentunya tak dapat terwujudkan. Kini, yang bisa kulakukan hanyalah mengenangnya dalam pemikiran, ataupun mengingat segala peristiwanya dengan El.

Seperti kini, aku dan El saling bertukar pesan dengan masa-masa teater sebagai topik pembahasan. Mulai dari peristiwa buruk, hingga suka duka yang kami lewati sampai akhirnya menghasilkan sebuah pertunjukan yang dapat dikatakan ‘lumayan’. Namun, seiring berbagai topik bergulir dalam pembicaraan, El tiba-tiba mengangkat topik terkait perasaan dalam perbincangan.

Syaa, seperti yang selalu kukatakan, membuka diri terhadap orang lain tak semudah itu untukku, tapi denganmu, semuanya berbeda

Kamu baik banget sama aku, walau aku tahu kamu memang selalu bersikap baik terhadap semua orang

Aku merasa nyaman dengan kehadiran kamu, karena kamu bisa mengerti tanpa aku harus menjelaskan apa yang sedang aku alami

Syaa ….
Aku suka sama kamu

Di kala aku membaca kalimat terakhir dalam pesan yang ia kirim, aku hanya bisa terdiam dipenuhi oleh keterkejutanku. Tidak, aku tidak terkejut perihal perasaannya untukku, karena tanpa ia memberitahu pun aku sudah dapat melihat itu. Namun, yang mengejutkanku adalah keberanian dia untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan.

Kupikir, seorang sejenis dia, takkan pernah menyadari perasaannya sendiri terlebih sebelum itu, ia selalu bergelut dengan senyawa bertajuk rasa. Dia awalnya merupakan satu dari sekian banyaknya jiwa yang tak memercayai adanya bentuk rasa bernama cinta. Namun, terlepas dari semua itu, aku pula ialah seorang yang memercayai akan adanya perubahan. Jadi, aku pun menghargai semua transformasi dari El.

Sekarang yang menjadi masalah adalah bagaimana ingin memberikan timbal balik atas ungkapan El agar aku mau pun El tetap merasa nyaman tanpa adanya kecanggungan dalam lingkar persahabatan. Aku pun mengetikkan beberapa kata, tak terlalu panjang, tetapi cukup untuk menangkup semua yang ingin kusampaikan, terlebih El juga bukan orang yang suka berbasa-basi. Selepas kurasa kalimat yang kuketikkan pas dan sesuai, pesan tersebut pun kukirimkan.

Terima kasih banyak untuk semua ungkapanmu, El. Aku menghargai perasaanmu, tetapi maaf ….

Aku menyukai orang lain

Kuharap, seusai kalimat verbal yang kutegaskan pada El, hubungan kami tetap akan baik-baik saja sebagaimana sepasang sahabat pada umumnya. Ya ….

Kisah-Kisah yang Terbang Bersama AnginWhere stories live. Discover now