15. Di Lembar Berbeda

11 2 7
                                    

15. Di Lembar Berbeda

Kukira, bab ini akan menjadi salah satu dari sekian lembar antologi dengan jumlah kata paling banyak yang kutulis. Ada banyak hal yang kupikir harus kukeluarkan di sini … semuanya.

Sejujurnya, dulu aku tak pernah memercayai kalimat ‘people come and go’, tapi kemudian aku malah sangat meyakini, dan sedikit trauma dengan kalimat tersebut. Tahun 2020 ke atas memang tahun-tahun yang melelahkan karena mengundang banyak tangisan, walau tentunya presensi kebahagiaan itu sangat mudah untuk ditemukan di beberapa kesempatan, sehingga aku bersyukur karenanya.

Aku sudah cukup lelah karena merasa lemah sebab selalu mengekspresikan sedihku dengan tangisan, sehingga aku mencari alternatif yang dapat kufasilitaskan sebagai bentuk penuangan segala perasaan. Ya, menangis memang bukanlah sebuah kesalahan, tetapi aku benci … sangat benci ketika seseorang mengetahui kesedihanku yang pada akhirnya membuat mereka turut merasakannya. Hingga seperti yang kamu lihat sekarang, aku berusaha menyalurkan semuanya melalui tulisan.

Semenjak segala yang kurasakan kurampungkan dalam dimensi tulisan, aku mendapati diriku makin pandai dalam hal mengelola emosi dan perasaan. Aku bisa menempatkan diri dan menyesuaikan situasi untuk berekspresi. Kamu itu membawa pengaruh besar yang juga berhasil mendorongku untuk menciptakan perubahan besar. Jika bukan karena kalimat pedasmu kala itu, mungkin tulisanku takkan berkembang hingga sekarang. Jika bukan karena kamu, aku takkan pernah berani menulis puisi hingga sampai di titik di mana aku dapat turut serta dalam sebuah antologi puisi yang terbit. Jika bukan karena kamu, aku mungkin sudah tidak menulis lagi sekarang.

Pada hakikatnya, keinginanku untuk terus menuliskan segala tentangmu sangat besar sehingga aku tak bisa berhenti dalam dunia literasi ini. Aku sangat ingin memperkenalkanmu dengan banyak orang melalui tulisan, sehingga aku berjanji suatu hari nanti aku akan membuat sebuah karya dengan kamu sebagai tokoh utamanya.

Selepas semua kebaikan yang kamu lakukan—yang mungkin pula tak pernah kamu sadari kenyataannya—bagaimana bisa aku membencimu? Bagaimana bisa aku membenci seseorang yang bahkan memiliki pengaruh besar dalam hidupku? Keluargaku selalu mengingatkan untuk terus memaafkan siapa pun, tak peduli seberapa besar kesalahan yang ia perbuat, tak peduli seberapa banyak ia mengulangi kesalahan yang sama. Juga, aku diajarkan untuk terus mengingat kebaikan seseorang, dan tidak melupakannya hanya karena satu kesalahan. Jadi, apa semua yang kutuliskan ini sudah cukup untuk membalas perkataanmu yang mengatakan aku bodoh karena selalu memaafkan sebuah kesalahan berulang?

Aku anggap, masalah kita selesai … walau pada kenyataannya, tak satu pun dari kita memulai.

Di tahun yang baru saja kita awali ini, aku berharap dapat membuat kesan baru dalam aspek apa pun. Kamu tahu sendiri bagaimana aku bersikap, aku bukanlah orang yang cuek, tetapi bukan pula orang nan ramah. Aku mengendalikan caraku bersikap untuk berada di tengah-tengah. Pikirku, dengan tingkah diri yang bisa disebut netral, siapa pun takkan dengan mudah dapat membaca gerak-gerikku.

Kupikir, aku lebih ceria sekarang. Tidak, laku riang yang kutunjukkan, bukan semata-mata untuk menutupi kebenaran. Namun, semuanya memang dengan tulus kuperlihatkan sebab lingkunganku yang nyaman kini, membuatku merasa lebih bebas dalam berekspresi.

El, dari dulu, hingga kini …, kamu masih menjadi satu-satunya orang yang takkan pernah bosan kugambarkan melalui tulisan. Terima kasih sudah pernah singgah di dermaga rasa yang sampai sekarang masih kusesali karena dirasakan oleh sebelah pihak saja. Kini, mungkin aku dan kamu tak lagi menjadi ‘kita', tetapi walau telah berada di lembar cerita yang berbeda, kamu sungguh takkan kulupa.

Katanya, ‘jika penulis jatuh cinta, maka seseorang itu akan ia abadikan dalam karyanya’. Mungkin sampai kapan pun kamu takkan mendapati hal tersebut sebagai acuan untukku terus menuliskanmu, tetapi kamu tidak perlu banyak berusaha. Sebab kamu berbeda.

Kamu cerita paling indah yang juga sangat menyakitkan dalam waktu bersamaan.

Pesan sederhana yang kuharap dapat kamu pahami artinya: El, jangan mendaki gunung dan menyusuri lautan sendiri. Aku tidak akan mengizinkanmu.

Kisah-Kisah yang Terbang Bersama AnginWhere stories live. Discover now