Part 1

399 23 1
                                    

alo gais, kalo aku ada typo tolong koreksi ya
happy ready all!

○○○

"Kak, udah kali gak usah murung gitu mukanya" Ucap Caisya sambil asik memakan es krimnya.

Sekarang ini mereka berada di taman kota, tadi setelah 'kejadian' itu mereka cepat membayar belanjaan dan pergi dari Mall tersebut. Mereka memilih menghabiskan waktu di taman kota yang kali ini banyak pengunjung karena weekend.

Sebenarnya Cavya malas menghabiskan weekend di tempat yang banyak orang seperti ini, biasanya ia akan menghabiskan weekendnya di kamar dengan sibuk membaca novel sambil menyeruput matchalatte kesukaannya. Tapi daripada nanti bertemu lagi si mantan, lebih baik ia disini.

"Kakak gak murung, kakak cuma masih kaget. Kok dia ada disini, sih, Dek?" Tanya Cavya heran sekaligus kesal karena seseorang yang ia mati-matian lupakan malah muncul lagi.

Dulu, ia tinggal bersama neneknya di Bandung. Ibu dan Caisya ikut bersama Ayah karena beliau harus mengelola perusahaan disini-- Jakarta.

Tapi setelah kisah tidak mengenakan dua tahun lalu dengan sang mantan, ia memutuskan untuk pindah tinggal bersama keluarganya. Memilih tidak melanjutkan sekolah setelah lulus SMA, ia langsung bekerja bersama sang ayah di perusahaan milik beliau.

Ayahnya tidak apa bila Cavya tidak lanjut kuliah, toh kerjanya juga di perusahaan ayahnya. Ia dibimbing langsung oleh sang Ayah.

Dan yang jadi pertanyaannya, KENAPA SI MANTAN ADA DI KOTA INI?!

"Jangan-jangan dia ikutin Kakak? Dia gamon alias gagal move on? Dia stalking Kakak sampai tahu Kakak ada di kota ini?"

Pertanyaan sang adik juga pertanyaan Cavya dalam benaknya.

"Kalo kamu tanya aku, aku harus tanya siapa, Dek?"

"Ck, nasib-nasib. Udah diselingkuhin, diikutin pula"

Mata Cavya memicing sinis. "Gak usah diperjelas, bisa?"

Caisya terkikik geli, jari tengah dan telunjuknya mengacung, "Peace, Kak"

"Kakak laper. Makan, yuk?"

Caisya menghabiskan setusuk telur gulung terakhirnya, lalu sampah-sampah jajanannya ia kumpulkan dalam satu plastik kresek besar.

"Yuk!" Hahaha bukan Caisya kalau tidak makan banyak. Belum makan kalau belum makan nasi.

Cavya mendelik. Tidak apalah dompetnya menipis, toh tidak setiap hari juga ia dan Caisya menghabiskan waktu berdua seperti ini.

Mereka berjalan beriringan kearah pedagang kaki lima. Pecel lele, makanan sejuta umat, kan?

"Kak, sudah move on dari dia, kah?" Tanya Caisya sambil fokus pada makanannya.

Pertanyaan adiknya itu membuat Cavya termenung. Ia bingung, apakah ia sudah move on?

Mungkin bibirnya akan menjawab dengan tegas "jelas aku sudah move on!"

Namun hatinya? ia tak tahu. Yang jelas ia sudah tidak memikirkan pria itu lagi sejak tiga bulan terakhir. Ya, ia baru berhasil menghilangkan pria itu dari pikirannya selama tiga bulan terakhir setelah kejadian itu dua tahun berlalu.

Tapi coba lihat kenyataannya. Pria itu baru saja hilang dari pikirannya selama tiga bulan, kenapa semesta mempertemukan mereka lagi?

Caisya menatap Kakaknya bingung karena tidak menjawab pertanyaannya dan malah termenung memandangi makanannya kosong, "Kak, are you okay?"

Cavya terkesiap saat tangan sang adik menyentuh lengannya, "Eh? I-iya Kakak gak apa, kok"

Caisya mengangguk maklum, "Aku mungkin gak sepenuhnya paham tentang apa yang Kakak rasain. Tapi aku tahu Kakak pasti bisa lewati semuanya dengan sikap tenang Kakak, kan?"

Mantan? SIAPA TAKUT!जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें