Part 16

116 7 0
                                    

all, sadar gasih cerita ini berantakan bgt, padahal masih part 16 hahaha

salahku juga karna up nya jauh jauh terus, mana ngetik dadakan lagi, kadang juga suka lupa part sebelumnya apa ya, habbit si tokoh initu gimana ya, salahku juga karna ga buat kerangka

maap ya kalo kadang ngaco alurnya, bahasanya juga ngaco, aduh maapin bgt, tapi gimanapun cerita ini kalian harus tetep baca ga mau tau😏

next setelah cerita ini rampung semua, aku bakal revisi

jangan tinggalin Kafi sama Cavya, ya all, mwehehe

vote juga jangan ditinggalin dong all
sebagai bentuk menghargai ceritaku tolong tinggalkan jejak dengan vote kalo belom mau komen

happy reading all

○○○

Sekarang sudah jam 8 malam. Tapi Cavya masih berdiam duduk di kursi balkon. Matchalatte-nya sudah habis. Langit malam juga semakin gelap, bahkan sepertinya hujan turun sebentar lagi.

Dan di seberang sana, lelaki itu juga masih berdiam dibawah pohon mangga. Berkali-kali Cavya melangkah kembali ke kamarnya. Tapi Berkali-kali juga Kafi memanggilnya, setelah Cavya menunggu Kafi bicara lagi, lelaki itu hanya menatapnya dari seberang sana--dibawah pohon mangga itu. Walaupun mungkin wajah Cavya tidak sejelas itu karena dilhat dari kejauhan dan gelapnya malam.

Cavya mendekat pada pagar balkon. Sedikit mengeraskan suaranya. "Pulang, sudah malam"

Kafi tersenyum tipis, ia bangkit berdiri dan mengacungkan kresek besar dalam genggamannya. Kafi memberi isyarat untuk Cavya turun dan mengambil pemberiannya.

Cavya mengangguk kecil. Ia keluar kamar, menuruni tangga pelan karena lampu sudah dimatikan, hanya remang-remang saja, membuka pintu utama yang sudah dikunci.

Diluar sana, didepan gerbang Kafi sudah menunggunya. Bahkan senyum tipisnya tak luntur sedari tadi.

"Hai calon pacar lagi, makasih sudah mau keluar" Ucapnya sambil menyodorkan kresek besar itu.

Cavya menerimanya. Mengintip isinya yang ternyata banyak sekali jajanan. "Banyak banget" Gumamnya.

"Sengaja. Bagi-bagi sama adik kamu, ya" Cavya hanya mengangguk.

"Kenapa repot-repot?"

"Repot apa?"

Cavya mengangkat pemberian Kafi. "Ini, banyak banget. Harusnya gak usah sampai segininya"

"Ingin saja. Kalau kamu gak mau kasih Caisya saja"

Cavya diam sesaat. "Kenapa setiap malam diam di bawah pohon mangga? Kamu gak takut?"

"Takut apa?"

Cavya mengedikan bahunya. "you know what i mean"

Kafi terkekeh kecil. "Aku lebih takut kehilangan kamu lagi, sih"

Bola mata Cavya melebar. "Apaan, sih?!"

Jangan salting, Vy. Itu cuma candaan.

"Nggak becanda, sih" Cavya menatapnya kaget. Cenayang?

"Ada waktu?"

"Waktu apaan?"

"Waktu seumur hidup buat aku"

"Bisa gak, gak usah gombal? Geli tau, gak?!" Kesal Cavya sambil menghentakan kakinya.

"Sudahlah, mana ada mantan ngobrol serandom ini. Pulang sana"

"Sudah malam, ya? Cie perhatian" Kafi menaik turunkan alisnya.

"Iya! Kamu ganggu waktu istirahatku tau, gak?"

Mantan? SIAPA TAKUT!Where stories live. Discover now