Part 6

238 15 2
                                    

aloo, happy reading ya all!

○○○

"Hai, calon pacar lagi. Makasih udah nemuin aku, ya" Sapa Kafi riang.

"Nih, aku pesenin matchalatte. Masih jadi favorit, kan?" Lanjutnya sambil menyodorkan mug berisi matchalatte kepada Cavya.

Dia masih ingat semua hal tentang aku, kah? Batinnya kagum.

Kan, Cavya tuh hatinya gampang meleyot. Kafi ingat hal kecil tentangnya saja langsung salting. Tapi selalu bisa bersikap tenang. Hatinya doang yang ketar-ketir.

"Makasih" Jawabnya singkat.

"Calon pacar lagi, kabarnya baik, kan?"

"Seperti yang kamu lihat"

"Hatinya baik-baik aja, kan?"

"Tentu"

"Calon pacar lagi, sekarang kerja dimana?"

"Aku yakin kamu tahu"

Kafi menghembuskan napasnya lelah. "Ternyata masih susah untuk buat kamu bicara banyak"

Cavya diam, begitupun dengan Kafi. Cavya sibuk dengan pikirannya, tentang segala kemungkinan-kemungkinan alasan Kafi selingkuh. Sementara Kafi, sibuk menatap wajah tenang Cavya, menumpahkan rasa rindu.

"Maaf" Ucap Kafi pelan.

"Aku sudah maafkan kamu"

"Tapi aku gak selingkuh"

"Kamu masih tetap gak mengaku" Cavya menatap Kafi jengah.

"Kamu terlalu memandang aku rendah" Cavya mengangkat alisnya mendengar ucapan Kafi.

"Aku gak seburuk yang kamu pikirkan" Lanjutnya

"Maksud kamu apa?" Tanya Cavya pelan. Sepertinya ia akan menyesalkan sesuatu setelah ini.

"Kamu dan pikiran kamu yang membuat semuanya rumit"

"Tolong bicara yang jelas, Kafi"

Kafi mengembangkan senyumnya, "Aku senang kamu panggil namaku" Cavya memutar bola matanya malas.

Kafi terkekeh, "Aku gak mau pembicaraan yang serius-serius. Aku minta kamu temuin aku untuk melepas rindu. Dua tahun gak dapat kabar kamu, ternyata buat rindu itu setinggi gunung"

"Tapi aku datang bukan untuk membiarkan kamu melepas rindumu. Aku butuh penjelasan"

"Setelah dua tahun baru butuh penjelasan?"

Cavya tertegun. Ia salah. Harusnya saat itu, ia mendengarkan penjelasan Kafi. Bukan malah pergi naik bus, memblokir semua akun sosial media Kafi, menghapus nomornya, dan kabur ke Bandung.

Gegabah dan kekanakan.

Kafi tersenyum. "Aku gak akan biarkan kamu merasa menyesal" Cavya menatapnya bingung.

"Jadi, biarkan aku tetap buruk dipandangan kamu" Lanjutnya.

○○○


Rambutnya berkibar tertiup angin malam. Pandangan matanya sendu menatap langit bertabur bintang. Ia masih betah berada disini, taman kota. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Bahkan ditaman ini, hanya tersisa ia seorang.

"Apa langkahku salah, ya? Apa harusnya aku gak bersikap seperti itu?" Gumamnya memulai monolog.

"Sepertinya sikapku terlalu kekanakan. Mungkin kejadian dua tahun lalu itu salahku. Aku yang kurang sampai dia selingkuh. Tapi kenapa dia menampik kalau dia selingkuh? Dan apa maksud ucapannya tadi sore?"

Mantan? SIAPA TAKUT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang