Part 19

97 5 0
                                    

happy reading all

○○○

Cavya terus saja menggosok hidungnya yang sudah memerah itu. Terus-terusan bersin sampai matanya berair. Kafi disampingnya memakaikan Cavya kaos kaki.

Dari arah dapur Ibu datang membawa dua gelas wedang jahe. Alisnya sedikit menukik pertanda Ibu sedang kesal.

Kafi meringis. Siaga satu.

"Kekanakan! Kamu bukan lagi anak umur 9 tahun, Kak! Masih aja main hujan!" Nah kan, Ibu mulai ngomel.

Tatapan Ibu beralih pada Kafi. "Nak Kafi kenapa malah ikut-ikutan Cavya main hujan juga? Pasti diajak Cavya, kan?"

Kafi menggaruk tengkuknya merasa bersalah. "T-tante maaf, ini salah saya. Saya yang ajak Cavya main hujan"

Ibu menampilkan raut bingung. "Oh gitu?" Kafi mengangguk.

"Maaf tante. Gimana kalau saya bawa Cavya ke klinik, biar diperiksa dan dikasih obat. Supaya cepet sembuh juga"

Ibu tampak berpikir. Matanya menatap Cavya dan Kafi bergantian. "Coba kamu tanya Cavya aja. Biasanya dia suka susah dibawa ke dokter, takut suntikan anaknya"

Kafi menatap Cavya yang terlelap di sofa ruang keluarga. Hidungnya merah, matanya bengkak, wajahnya juga sedikit sayu.

"Nak Kafi, diminum wedang jahenya. Biar gak sakit kayak Cavya"

"Ah iya tante. Maaf saya merepotkan" Katanya sambil menyesap wedang jahe itu pelan-pelan. "Em.. makasih juga sudah kasih pinjam baju Om, Tan" Lagi-lagi Kafi menggaruk tengkuknya canggung.

Disaat-saat seperti ini kehadiran Caisya dibutuhkan. Sayangnya anak itu sedang tertidur di kamarnya.

Ibu tertawa, "Iya, santai aja, nak Kafi. Ibu ke dapur dulu, ya. Mau masak sop, Cavya kalau sakit gini suka banget makannya sama sop ayam"

Ah, ternyata belum berubah sedari dulu.

"Tante gimana kalau saya yang buat sop-nya?"

"Emangnya kamu bisa?"

"Bisa. Dulu juga saya suka buatin kalau Ca--" Kafi menghentikan ucapannya saat ia sadar.

Ibu menatapnya bingung. "Kalau apa, nak Kafi?"

Kafi dengan cepat menggeleng. "Nggak tante. Saya aja yang buat sop buat Cavya, ya?"

Ibu tersenyum lalu mengangguk. "Boleh. Kalau gitu Ibu anterin ke dapurnya, ayo!"

Ibu meninggalkan Bian di dapur, memilih pamit untuk ke kamar. Bian mulai berkutat memasak sop. Masih ingat betul dulu juga ia sering membuatkan Cavya sop saat gadis itu sakit.

Dengan lihai tangannya mencuci sayur dan daging ayam. Ia akan membuat porsi lebih banyak agar Ibu, Caisya, dan Ayah bisa mencicipi sop buatannya.

Dilanjut memotong sayur dan daging ayam menjadi beberapa bagian. Memulai memasaknya hingga beberapa menit kemudian sop ayam itu siap.

Kafi memindahkan satu porsi untuk Cavya kedalam mangkuk, menyiapkan air putihnya juga. Ia membawanya dalam nampan ke ruang keluarga.

Terlihat Cavya sudah bangun, hanya saja ia masih berbaring sambil menonton tv. Sesekali bersinnya terdengar.

"Vy, makan dulu, yuk!"

"Astaghfirullah!" Cavya spontan bangkit duduk. Matanya melotot.

"K-kak Kafi, Ngapain disini?!" Suaranya yang parau tak sadar ia paksa berteriak.

Kafi mengerut. Menyodorkan air putih pada Cavya. "Gak usah teriak-teriak. Suara kamu serak gitu. Minum dulu" Cavya meminumnya dengan wajah bingungnya.

"Aku kira kak Kafi udah pulang"

Mantan? SIAPA TAKUT!Where stories live. Discover now