Part 24

64 4 0
                                    

happy reading, all!

○○○

Gimana rasanya dibawa terbang keatas langit? Senang?

Tapi gimana rasanya kalau setelah itu kamu dijatuhin? Sakit dong, ya.

Itu yang Cavya rasakan sekarang. Saat hari itu ia melihat cincin yang dibawa Kafi, dengan hati berdebarnya ia memekik itu pasti buat aku!. Tapi ternyata, totett. Salah besar. Karena nyatanya, sampai hari ini Kafi tidak kunjung memberi cincin itu pada Cavya. Bahkan dihari selanjutnya, Cavya melihat instastory Kafi yang menunjukan tangan seseorang dengan cincin yang ia lihat saat itu. Disana Kafi membuat caption 'Selamat ulang tahun, Mama cantiknya saya'.

Yah, ternyata itu untuk kado ulang tahun Mama Kafi.

Hari ini minggu. Tidak ada rencana pergi kemanapun. Ia hanya akan berdiam diri di kamarnya. Menonton Netflix di laptopnya atau sekedar membaca novel. Tentu saja ditemani matchalatte.

Dan seperti keberuntungan baginya, adiknya itu juga tidak ada gedor-gedor pintu ka--

TOK TOK TOK

"KAKAK!"

Oke. Di kalender memang tidak ada hari sial.

Cavya berjalan membuka pintu kamarnya. "Apas--"

Belum sempat Cavya melayangkan protesnya, Caisya lebih dulu memotongnya. "Ada kak Kafi!"

Cavya memelototkan matanya. "Dimana?"

"Di bawah. Lagi diajak ngobrol Ayah. Eh, kayaknya lebih tepat diintrogasi, deh. Soalnya muka Ayah nyeremin banget, kak Kafi aja mukanya sampe tegang"

Cavya panik. Ayah itu semenjak dia bilang bahwa Kafi bulan depan akan datang bersama keluarganya, langsung menampakan wajah tak sukanya. Cavya tak tahu betul apa penyebabnya.

"Ibu mana, Dek?"

Caisya menggeleng, "Belum pulang. Dari pagi belanja sayur ke warung depan komplek. Kayaknya lanjut ngerumpi"

"Yaudahlah"

Caisya melotot, "Apanya yang yaudah?! Aish, itu tolongin calonnya dulu, tuh. Udah keringet dingin dia, aku liat-liat"

Cavya salah tingkah saat Caisya menyebut Kafi dengan sebutan seperti itu. "A-apasih? Bukan calon. Dia cuma mantan kakak"

"Bikin cilin. Dii cimi mintin kikik. Halah, bacot. Mau balikan masih aja geng-- Aw!"

Belum sempat Caisya menyelesaikan ucapannya, tangan Cavya dengan lancarnya memukul bibir Caisya.
"Bahasanya, dek! Gak sopan kamu ngomong sama kakak kayak gitu!"

Caisya hanya memutar bola matanya malas sambil misuh-misuh, lalu berlalu kembali ke lantai bawah. Mungkin kembali masuk ke kemarnya.

Dengan cepat Cavya ke kamar mandi, gosok gigi dan cuci muka, karena jujur sekarang sudah jam 9 dan ia belum mandi. Masa bodoh, ia akan menyemprotkan parfum yang banyak dan mengganti dasternya dengan baju santai.

"Kamu serius sama anak saya?" Sayup-sayup Cavya mendengar suara Ayah. Terdengar tegas, artinya Ayah sedang serius.

Waduh, Ayah main serius-serius aja. Batin Cavya

Cavya berlalu ke dapur, membawa kue kering. Karena tadi ia lihat di meja, Ayah tidak menyediakan apapun selain air putih. Cavya juga membuatkan teh untuk Kafi dan Ayah.

"Kak, di ruang tamu ada nak Kafi" Cavya sedikit terlonjak saat tiba-tiba Ibu menepuk pundaknya.

"Ibu, ngagetin. Iya aku tahu ada kak Kafi"

Mantan? SIAPA TAKUT!Where stories live. Discover now