Part 4

244 20 0
                                    

aloo, sowwy kemaren aku ngilang, all
gantinya aku double up yac
happy reading ya all!

○○○

"Vy, kerjaannya sudah selesai?" Tanya Ando, matanya masih fokus pada layar komputer.

"Sedikit lagi. Kenapa?" Cavya pun menjawab sembari matanya fokus menatap komputer.

"Ngopi dulu, yok. Suntuk banget, nih. Ayo, Sal" Ajaknya sambil menatap Salma yang jelas-jelas sedang fokus.

"Apasih, nanti ajalah. Bentar lagi juga jam pulang, gue gak mau lembur, ah. Mau diselesaiin sekarang aja"

Ando cemberut. Sebenarnya ia sedikit mengantuk, makanya mengajak teman-temannya ngopi. Lagian pekerjaanya hampir selesai, ditinggal sebentar untuk membeli kopi di kantin kantor tidak akan membuatnya lembur.

"Ish, ayolah. Bentaran doang. Yuk, Vy!"

Cavya menggeleng. Hari ini ia ingin pulang lebih awal. "Kerjaan aku bentar lagi beres, Bang. Tanggung. Sendiri aja sana"

"Gak solid banget sih kalian! Yasudah, gue mau sendiri saja, bay!" Kakinya melangkah cepat karena kesal.

Cavya dan Salma hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ando. Tiga puluh menit kemudian Ando kembali dengan langkah riang. Tangannya penuh dengan papper bag yang dipastikan isinya adalah kopi. Dan sebelah tangannya lagi memegang bucket bunga palsu yang besar.

Tunggu, bucket? Perasaan bilangnya mau ngopi, kan? Kenapa pulang-pulang bawa bucket?

"Widih, perasaan tadi katanya mau beli kopi, dah. Kenapa jadi bawa bucket segala? Gede banget lagi"

Ando menganggukan kepalanya senang. Menaruh papper bag berisi kopi itu diatas meja kerjanya, "Ini dari cowok cakep bucketnya"

Cavya mengerutkan keningnya heran.

"Apa?! Ya Allah, Ndo. Tobat gak, lo! Inget dosa. Masih banyak cewek-cewek diluaran sana. Lo jangan belok gini napa! Serem amat gue punya kawan begitu" Cerocos Salma yang diangguki Cavya.

"Apa sih, lo? Siapa yang belok coba. Suudzon lo" Ketusnya sinis.

"Ya terus apa? Lo dikasih bucket bunga sama cowok yang kata lo cakep, Ndo! Itu apa namanya kalo bukan belok, hah?!" Salma mengguncang bahu Ando keras.

Cavya menahan Salma yang sepetinya mulai hilang kendali. "Sabar, Mbak. Kita ingetin Bang Ando pelan-pelan aja. Kalau Mbak kayak gini nanti Bang Ando malah marah"

"Apa kata lo, Vy?! Lo kok jadi ikut-ikutan si salmon, sih? Gue gak belok!" Katanya dengan penuh penekanan pada akhir kalimatnya.

"Jelasin yang benar, Bang" Cavya menarik Salma agar lebih menjauh dari Ando.

"Ini tuh ada yang titip buat Cavya bucketnya. Bukan buat gue! Dan yang ngasihnya ini cowok cakep, gue bilang dia cakep bukan karena gue belok, ya! Ya karena cowoknya emang cakep, kok. Ya tapi tetap cakepan gue, sih" Ando menyodorkan bucket bunga palsu itu untuk Cavya yang diterima dengan ragu.

"Kok buat aku?" Cavya menatap bucket itu heran. Ya memang bunga palsu, tapi mawar putih?

"Ya mana gue tahu! Cowok itu bilangnya buat Cavya Abella. Ya itu kan lo"

Salma menghembuskan napasnya lega, "Alhamdulillah, Ando gak jadi belok"

Yang disebut namanya menatap Salma sinis, "Ya emang gue gak belok! Gue takut azab kayak di tv itu, ya!"

Salma terkekeh malu, "Alhamdulillah juga Vya sudah gak jomblo lagi"

"Secret admirer cenah. Makanya dititip-titip segala" Lanjut Ando sambil tersenyum menggoda Cavya.

"A-apa sih?!" Pipi Cavya merona. Hanya Kafi yang tahu bunga favorit Cavya.

"Kiw kiw kiw" Goda Ando menaik turunkan alisnya.

○○○

Cavya menatap bucket bunga digenggamannya. Pikirannya berusaha mencari tahu siapa saja orang yang pernah ia beri tahu tentang kesukaannya terhadap mawar putih, selain Kafi.

Tapi semakin diingat-ingat, malah semakin membuatnya pusing. Karena seingatnya hanya Kafi yang tahu.

Masa bodoh lah tentang siapa si 'secret admirer' itu. Ia menyesap matchalatte sembari menatap langit malam. Untuk menyendiri, balkon kamarnya memang pilihan yang tepat.

"Kakak!"

Atau mungkin tidak selalu tepat.

"Ganggu"

Caisya mendudukan dirinya disamping Cavya, "Dih, kok gitu, sih?"

"Ya em--"

"Woah, bucket bunga siapa, nih?" Tanyanya sambil merebut bucket itu dari genggamannya.

"Gak tahu"

"Lah? Ya itu tadi siapa yang kasih Kakak bucketnya"

"Bang Ando"

Caisya melebarkan matanya kaget, "Bang Ando suka sama Kakak?! Kalian cinlok?!"

Cavya memutar bola matanya malas, "Bukan, Bang Ando ada yg titip. Katanya untuk Kakak"

Caisya mengangguk-anggukan kepalanya, "Oh secret admirer"

"Menurut kamu siapa yang kasih Kakak bucket ini?"

"Ya mana aku tahu"

"Ck, tidak membantu!"

Lama mereka diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Caisya yang biasanya selalu rusuh, kali ini ia memilih diam.

Cavya menoleh pada adiknya itu, "Lesu amat mukanya"

"Huaa Kakak!" Nah kan, pasti ada apa-apa.

"Kenapa?"

"Nyebelin banget, sih!"

Cavya menoleh kaget. Perasaan ia belum bicara apa-apa, kenapa sudah dikatain?

"Cowok itu tuh, nyebelin banget, Kak!"

"Siapa?"

"Kakak kelas aku. Nyebelin banget. Ga like"

"Pacar kamu?" Caisya menggeleng lalu sesaat kemudian mengangguk.

Cavya mengerutkan keningnya bingung. "Iya apa bukan?"

"Gak tahu" Jawabnya lesu.

"Gak jelas"

Caisya menoleh cepat, "Yang gak jelas tuh dia. Gak mau aku sama yang lain, tapi dia gak kasih aku kepastian. Cowok tuh gitu, ya!"

Cavya menahan tawanya, "Jadi kamu digantung? Friendzone, nih?"

"Iya kali" Caisya menjawab dengan ketus lalu meminum matchlatte Cavya. Wajahnya mengernyit, "Kenapa sih suka banget minum daun?"

"Dih. Suka-suka Kakak, lah!"

"Aku mau tidur aja. Selamat malam, Kak" Ucapnya sambil bangkit menuju kamarnya.

"Malam, Dek'" Lalu setelahnya ia masuk ke kamarnya. Menutup pintu balkon dan menyimpan bucket bunga itu di nakas, lalu merebahkan tubuhnya di kasur.

○○○

vote dulu, komen dulu
babay

Mantan? SIAPA TAKUT!Where stories live. Discover now