Part 17

118 6 0
                                    

happy reading all

○○○

Jika Cavya diibaratkan api, maka Kafi airnya. Jika Cavya diibaratkan musim kemarau, maka Kafi adalah musim dingin.

Sore ini, mereka duduk bersampingan di taman kota. Menatap langit jingga. Ya, setelah berbagai cara akhirnya Kafi berhasil membuat Cavya pulang dengan tepat waktu. Bahkan sekarang ini lebih cepat.

"Mulai sekarang, biasain pulang kerja tepat waktu, oke? Kecuali kalau emang kamu betulan lembur" Kata Kafi tiba-tiba.

Bukan apa-apa ia berkata seperti itu. Pasalnya, dulu saat mereka masih pacaran, Cavya pernah sekeras itu pada dirinya sendiri. Pulang sekolah langsung sibuk organisasi, lalu les, yang terus menerus seperti itu sampai akhirnya tipes.

Kafi khawatir, ia tahu Cavya tidak sekuat itu.

Cavya hanya mengangguk kecil.

Sudah beberapa hari ini mereka selalu bertemu. Kafi selalu menjemputnya, walaupun ia tetap pulang larut. Dan ini pertama kalinya ia menuruti permintaan Kafi untuk pulang tepat waktu.

Tidak seburuk itu ternyata. Ia masih merasakan nyaman saat menatap langit yang perlahan menguning itu. Atau karena ada Kafi di sisinya?

Masa bodoh dengan itu. Ia hanya ingin menikmati waktunya sebelum takdir kembali membuat Kafi jauh darinya.

Bukan maksudnya mengharapkan Kafi kembali pergi darinya. Tapi katanya, kembali dengan orang yang sama itu seperti membaca buku dua kali. Endingnya sama.

Dan apa itu artinya jika ia kembali pada Kafi, ia akan kembali diselingkuhi?

Ah, bicara tentang selingkuh, apa Kafi masih punya hubungan dengan perempuan itu? Tapi kenapa dia disini?

"Kak" Panggil Cavya.

Kafi menoleh, alisnya mengangkat. "Hm?"

"Kamu masih sama perempuan itu?" Tanyanya Ragu.

Kafi menunjukan raut bingungnya. "Perempuan itu? Siapa maksud kamu?"

Cavya mendengus. "Selingkuhanmu lah, siapa lagi" Ketusnya sinis.

Kafi menganggukan kepalanya beberapa kali. "Oh, jadi kamu masih ngira aku selingkuh. Harusnya kamu gak nanya itu, sih. Buktinya kamu lihat aku disini, kan?"

"Jadi maksudnya sudah putus? Oh gitu ya, sama dia putus kamu kejar aku lagi kesini? Haha lucu ya kamu, Kak" Tawanya terdengar hambar.

"Overthingking kamu gak pernah hilang dari dulu, ya? Kayaknya bahkan sekarang makin parah, ya. Gak nyangka aku, ternyata pikiran kamu tentang aku seburuk itu, ya?" Kafi melayangkan tatapan tak percayanya. Sebrengsek itu dirinya dimata Cavya?

Cavya menoleh cepat pada Kafi. Em.. bicaranya terlalu keterlaluankah?

Kafi menghela napasnya panjang. Sepertinya misinya akan berjalan lambat. Mengembalikan kepercayaan seseorang yang sudah terlanjur kecewa. Yang bahkan sebenarnya rasa kecewa Cavya tidak seharusnya ada.

"Maaf aku buat kamu kecewa, ya, Vy?" Suara Kafi terdengar lirih. Tangannya memegang tangan Cavya.

"Disini, jangan ada dendam sama aku, ya? Sayang kalau hatinya rusak karena dendam" Lanjutnya sambil menarik tangan Cavya pada dada perempuan itu.

Cavya membeku. Ia tidak pernah dendam. Ia hanya kecewa. Yang bahkan akhir-akhir ini ia ragu dengan rasa kecewanya.

Cavya menggeleng pelan. "Aku gak ragu. Cuma sedikit em.. kecewa?" Ia bahkan ragu melabeli rasanya.

"Maaf, ya?" Tangan Kafi terangkat merapikan anak rambut Cavya yang beterbangan menutupi wajahnya.

"Boleh minta satu hal?" Cavya terdiam sebentar sebelum mengangguk kecil.

Mantan? SIAPA TAKUT!Where stories live. Discover now