BAB 2 (Suami?)

97 38 41
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholi ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!

"Pakailah hijab syar'i dan istiqamahlah dengan hijab itu, niscaya engkau akan terjaga dari fitnah."
-k

HAPPY READING!!

*********

Hanna menatap lautan sore dengan mata yang berkaca-kaca dengan menatap kosong ke arah sana, "Uno? Sudah dua hari, Uno buat Ana sendirian."

"Uno, jahat!!"

"Uno, ada di mana? Kenapa belum diketemukan juga?"

"Ana, kangen Uno." lirihnya sambil menyeka air mata yang mengalir.

Hanna menduduki bebatuan pesisir pantai, sebab sedari tadi kakinya. Ia sudah sangat pegal karena terlalu lama berdiri.

Hanna membenarkan jilbab yang terpakai asal yang terterpa angin, sebab dirinya hanya melilitkannya di leher. Seketika Hanna tersentak ketika baru mengingat jika ia tengah memakai jilbab.

"Uno? Lihat Ana, Ana sudah pakai jilbab yang pernah Uno pinta, kan?"

"Bagaimana, Ana cantik bukan pakai jilbab seperti ini?" lanjut gadis itu lagi dengan terkekeh kecil, senyum miris terpatri di bibirnya.

"Maaf, Ana belum bisa terbiasa memakai jilbab ini, tapi Ana akan selalu pakai untuk Uno!" ucapnya tersenyum lebar, dengan air mata yang terus menetes dari pelupuk matanya.

"Niatkan berhijab itu karena Allah, bukan karena seseorang."

Hanna tersentak ketika mendengar suara seseorang menyahut di sebelahnya, "Kamu siapa?" tanya Hanna sontak terkejut dengan menoleh padanya, ternyata yang menghampirinya adalah seorang pria yang memakai baju bermotif batik dengan sarung berwarna biru, dan di tangannya ada sebuah peci hitam yang tengah pria itu pegang.

"Pakailah hijab itu dengan benar, Sesuai kandungan surat Al Ahzab ayat 59, Allah SWT memerintahkan kaum wanita untuk menutup aurat dengan jilbab untuk melindungi hambaNya. Tujuannya adalah menjaga kehormatan dan keselamatan diri para wanita saat beraktivitas." kata seorang pria itu lagi.

Hanna merasa tersindir dengan perkataannya yang menohok hatinya, "Maaf, kamu siapa?" tanya Hanna lagi, ia tak nyaman dengan keberadaannya orang itu di dekatnya.

"Pria yang tenggelam kemarin itu ... Pacarmu?" tanya pria itu balik tanpa menatap ke arahnya.

"Ya! Dia kekasihku ka---"

"Saya hanya bertanya, tidak usah dijelaskan." potongnya dengan nada ketus.

Bibir Hanna cemberut, entah kenapa pria di sampingnya itu sangat-sangat menyebalkan! Hanna kembali mengalihkan pandangannya memandang lautan yang terdapat ombak-ombak kecil terlihat.

"Kenapa kamu terlihat sangat sedih? Padahal dia hanya pacarmu, bukan suamimu." katanya lagi.

Hanna mendelik tajam mendengar ucapan pria disampingnya, "Bukan urusanmu!" sentaknya tak suka.

"Kamu adalah seorang muslim, kenapa berpacaran? Apakah kamu tidak tahu, hukum berpacaran dalam Islam? Atau mau saya jelaskan?" ujarnya lagi membuat Hanna terdiam membisu, kini pria itu memalingkan wajahnya menatap Hanna.

Terlihat pria itu tersenyum miring, "Kenapa diam, hm?"

Gadis itu memalingkan wajahnya, ketika tersadar matanya bersitatap dengan pria itu.

Pria Laut Sang Nahkoda Where stories live. Discover now