Bab 3 (Khatar?)

65 23 5
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholi ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!

"Sesungguhnya Allah maha membolak-balikkan hati seorang hamba, dan cinta akan datang dengan sendirinya. Seiring dengan ketulusan yang kamu berikan, ia akan merasakannya juga."

HAPPY READING!!

******

Pagi hari pukul 08:05 Hanna, perempuan itu tengah memandangi dirinya dipantulan cermin, sesekali ia menata rambutnya yang sengaja tidak ia kuncir.

Perempuan itu memakai celana jeans dan kaos tanpa lengan berwarna putih, kemudian ia kembali memakai sweater rajut berwarna hitam. Supaya bisa sedikit menutupi bagian tangannya yang ter-ekspose.

Wajah gadis itu terlihat sangat cantik dengan polesan make-up tipis. Tetapi tidak ada senyuman manis yang ia tunjukkan pagi ini, entah apa yang tengah perempuan itu pikirkan. Seperti ada sesuatu yang hilang dari kehidupan perempuan itu.

Hanna mengambil tas selempangnya, kemudian ia berjalan melangkah menuju keluar rumah, saat gadis itu tengah menuruni tangga. Sesosok wanita paruh baya berteriak memanggil namanya.

"Neng Hanna? Mbok sudah siapkan bekal, buat Neng bawa nanti ke toko." ujar Mbok Sima setengah berteriak.

Hanna hanya mengangguk kemudian berjalan mendekati seorang wanita paruh baya yang selalu ada untuk keluarganya, Mbok Sima adalah wanita yang sudah Hanna anggap sebagai keluarganya sendiri.

Sebab ketika kedua orang tuanya sedang tidak ada di rumah, yang menemani Hanna hanya wanita paruh baya itu, Mbok Sima.

"Mbok? Nanti Hanna izin pulang telat, ya?" ucap Hanna berdiri mematung dihadapan Mbok Sima.

"Tapi jangan terlalu malam, anak gadis enggak baik terlalu keluyuran malam." sahut Mbok Sima sambil menyodorkan kotak bekal kehadapan Hanna.

"Iya Mbok. Terimakasih bekalnya, Hanna berangkat dulu!"

"Assalamualaikum ...," ucap Hanna mencium takzim tangan paruh baya di hadapannya.

Mbok Sima awalnya tersentak dengan perlakuan anak majikannya itu, baru pertama kali Hanna gadis itu mengucap salam padanya, dan menyalaminya sopan.

"W-walaikumsalam Neng, hati-hati di jalan!" ujar Mbok Sima berpesan.

"Iya Mbok!" jawab Hanna kemudian ia memasukan bekalnya ke dalam tas selempang miliknya.

Hanna melangkah menuju bagasi, setelah itu ia mengeluarkan sepeda motor miliknya dari sana.

Perempuan itu sempat terdiam sendu, melihat motor yang biasanya sangat ia jarang keluarkan dari bagasi. Sebab dirinya selalu dijemput oleh Nuno kekasihnya.

"Don't cry Na! Kamu kuat, kamu pasti bisa meski tidak ada Uno, disamping kamu." ucapnya pada dirinya sendiri.

Sulit memang melupakan seseorang yang keberadaannya sangat penting bagi kita.

Hanna mulai melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, tanpa perempuan itu sadari ada seorang pria tengah memantau gadis itu dari kejauhan.

"Ana, saya pasti bisa merubah sikapmu!" gumam pria itu tersenyum miring, ia tengah memantau dari dalam mobil hitam miliknya. Matanya terus menatap tajam ke arah seorang perempuan yang tidak lain adalah Hanna.

Pria Laut Sang Nahkoda Where stories live. Discover now