BAB 9 (Menjadi seorang istri)

81 27 32
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholi ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!

"Tidak ada cinta laki laki yang serius, sebelum menggenggam tangan Ayahmu dan mengucapkan kalimat Qobiltu."

HAPPY READING!!

**********

Khatar menuruni anak tangga, dengan hati-hati. Ia melirik ke sekeliling ruangan, mencari seseorang untuk bertanya soal Umma nya.

"Khatar?"

Khatar tersentak kemudian menoleh ke belakang, ketika dirinya mendengar seseorang memanggil namanya. Terlihat seorang pria paruh baya, menghampirinya yang tengah berdiri mematung di tempatnya.

"Ayah? Ada apa?" sahut Khatar tersenyum, ketika tahu jika yang memanggilnya adalah mertuanya sendiri.

"Ayah, boleh berbicara denganmu sebentar?" tanya Ayah Heri menatap sang menantu serius.

Khatar mengangguk, "Boleh,"

"Tapi jangan di sini, kita ke teras rumah!" ajak Ayah Heri kemudian jalan mendahului menantunya.

Khatar mengikuti sang mertua dari belakang, ada banyak pertanyaan di benaknya, apa yang ingin dibicarakan sang Ayah mertuanya.

"Duduk,"  titah Ayah Heri.

Khatar hanya mengangguk canggung mengikuti perintah mertuanya, pria itu duduk di kursi sebelah mertuanya.

"Baiklah, Ayah ingin bertanya. Hanna semalam kenapa?" tanya Ayah Heri pada menantunya.

Khatar terdiam membisu, tidak tahu harus apa yang dia jawab. Takut, jika dia berbicara jujur akan membuat istrinya terkena omelan Ayah perempuan itu.

"H-hanna, tidak apa-apa Ayah!" kilah Khatar mencoba meyakinkan Ayah mertuanya.

Ayah Heri menatap menantunya dengan wajah serius , "Kamu tidak berbohong? Ayah tidak suka ada kebohongan, bicaralah yang jujur! Ayah tidak akan memarahi, putri Ayah."

Khatar mengusap wajahnya kasar, lalu menghembuskan nafas panjang.

"Hanna, semalam mabuk---"

"APA?!" sela Ayah Heri terkejut dengan kejujuran yang Khatar ucapkan.

"Dengarkan Khatar Ayah! Hanna, hanya mabuk. Dia tidak melakukan apapun, percaya dengan Khatar!" imbuh Khatar mencoba untuk tidak membuat Ayah Heri marah dengan kelakuan Hanna semalam.

"Hanya mabuk, kamu bilang? Itu sangat berbahaya Khatar untuk kesehatannya, Ayah takut dia seperti dulu lagi." terang Ayah Heri sambil memijit pelipisnya.

"Maaf Ayah ...," lirih Khatar pelan.

"Ayah, boleh minta tolong? Tolong rubah sifat putri Ayah, jadikan ia perempuan yang baik akhlaknya. Ayah sudah gagal menjaganya, dia sudah sangat jauh dari Ayah ... Hanna selalu saja membantah ucapan Ayah jika, Ayah menasehatinya. Mungkin memang ini semua kesalahan Ayah, sebab Ayah selalu tidak ada waktu untuknya." lirih Ayah Heri menatap sang menantu.

"Lalu, ada seorang laki-laki yang mengambil hati putri Ayah, kemudian laki-laki itu menjadikan Hanna pacarnya. Ayah selalu melarang Hanna memiliki pacar, tapi anak itu semakin di larang, semakin menjadi-jadi! Ayah sampai-sampai tidak tahu harus berbuat apa dengan anak itu. Dulu Hanna pernah mengenalkan laki-laki itu pada Ayah, tapi saat Ayah ingin laki-laki itu menikahi putri Ayah, dia menolak. Sebab dirinya belum siap untuk menikah. Hanna mempunyai bisnis, sebab laki-laki itu yang selalu memberikannya dukungan, sampai sekarang bisnis itu melambung pesat. Entah kenapa, ada rasa bersalah di hati Ayah! Ayah, tidak bisa selalu ada waktu untuk memberikan putri Ayah dukungan, dan sekarang Ayah menyesal." lanjut Ayah Heri panjang lebar.

Pria Laut Sang Nahkoda Where stories live. Discover now