BAB 16. (Firasat seorang suami)

31 9 4
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholi ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!

"Firasat seorang suami itu selalu benar"

HAPPY READING!!

*********

Hanna terbangun dari pingsannya, perempuan itu meringis memegangi kepalanya yang sangat terasa sakit dan pusing. Matanya mengerjap melirik ke sekeliling ruangan yang begitu gelap, hanya ada cahaya sedikit yang masuk melalui celah-celah jendela rumah ini.

Hanna panik bukan kepalang, perempuan itu mencari-cari ponselnya pada saku gamis, tapi perempuan itu tidak menemukannya. Hanna bangkit dari duduknya, lalu mencoba untuk bisa keluar dari ruangan ini, yang membuatnya takut dan was-was.

"Aku di mana? Kenapa bisa ada di sini?" ucap Hanna dengan mata yang sudah berair ingin menangis, seluruh tubuhnya bergetar hebat perempuan itu tidak kuat untuk berdiri lagi.

Hanna meraba sekitarnya yang begitu gelap, perasaan panik dan takut bercampur aduk. Air matanya sudah berlinang, seiring Isak tangis yang tengah mendominasinya. Tubuhnya bergetar hebat, tubuhnya luruh sambil menyebut nama sang suami.

"Mas Khatar ... tolong Hanna! Hanna takut ...,"

"Di sini gelap Mas, Hanna tidak bisa melihat dengan jelas!" racau Hanna dengan tubuh meringkuk di atas tikar tipis yang berada di ruangan itu.

Suara jangkrik beradu di kegelapan malam, Hawa disekitar perempuan itu mulai dingin, hingga tangannya refleks memeluk tubuhnya. Air mata kian luruh dari pelupuk matanya, bibirnya terus menyebut nama sang suami yang sedang tidak bersamanya. 'Mas Khatar, to-long Hanna ....' batin Hanna dengan mata terpejam.

Nafasnya memberat serta maniknya yang sudah tidak mampu lagi untuk membuka, perempuan itu kembali kehilangan kesadarannya.

Di tempat lain, Khatar tengah mengendarai sebuah kapal, perasannya sempat tidak enak  ketika pria itu sampai di tempatnya bekerja di sebuah pelabuhan. Khatar mencoba meminta pertolongan pada sang Maha pencipta, karena dialah tempat untuk meluapkan rasa kegundahan hati yang sangat menganggu pikirannya sedari tadi yang berkecamuk.

'Mas Khatar, tolong ....'

Khatar tersentak ketika mendengar suara yang sangat amat lirih memanggil namanya, suara itu membuat hatinya mencelos karena terdengar menyakitkan hatinya. Suara itu Khatar, sangat mengenalnya. Pria jangkung itu membalikkan tubuhnya, netranya melirik ke sekeliling ruangan tempat mengemudi kapal.

"Kapten, ada apa?" tanya salah satu kru kapal yang tengah berada di tempat ruang kemudi bersama dengan pria itu.

Khatar menggeleng, "Malik? Bisa tolong, panggilkan kapten Raskin, ke sini?"

Laki-laki yang bernama Malik itu mengangguk mengikuti perintah sang kapten, laki-laki itu pergi untuk menemui seseorang yang di perintah oleh Khatar.

Tidak butuh lama, kapten Raskin datang dengan Malik yang berada di belakangnya.

"Malam kapten Khatar, ada apa memanggil saya?" sapa Raskin ketika sudah berada di hadapan Khatar.

Khatar mengembuskan nafasnya gusar, "Bisa tolong gantikan dulu mengemudi? Saya ingin salat malam dahulu," pinta Khatar lalu di beri anggukkan oleh pria di depannya.

Pria Laut Sang Nahkoda Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt