BAB 18. (Bertemu)

41 7 9
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholli ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!

"Maaf!"

HAPPY READING!!
******

Waktu sudah berlalu, hari mulai berjalan cepat tidak terasa jika sudah mau satu Minggu Hanna masih terjebak di dalam hutan. Perempuan itu tidak sendiri, melainkan ada Nuno yang selalu ada di dekatnya selama dirinya berada di hutan.

Mereka berdua masih belum aman, sebab masih dalam kejaran anak buah Viona yang masih mencari-cari keberadaanya. Hanna sudah mulai terbiasa, perempuan itu kini kembali dekat dengan sang kekasih, seakan melupakan apa yang telah terjadi. Di hutan itu, Nuno dan Hanna tinggal sementara di sebuah gubuk tua untuk berlindung dari panas dan hujan.

Meski ada rasa khawatir terselip dalam hati perempuan itu, tentang suaminya. Bagaimana jika pria itu pulang, tapi tidak menemukan dirinya di rumah.

"Hai, kenapa melamun?" tegur seseorang membuat Hanna langsung tersadar dari lamunannya.

Hanna menggeleng, lalu menatap seseorang itu. Dirinya merasa bersalah pada laki-laki itu, bagaimanapun ia tidak boleh membuat Nuno semakin berharap padanya. Hanna tidak bisa membayangkan, jika Nuno mengetahui jika dirinya telah menikah dengan orang lain.

Nuno yang tersadar, jika gadis di sisinya menatapnya lekat. "Cantik? Ada yang mau di ceritain?" tanya laki-laki itu membuat Hanna langsung memalingkan wajahnya.

"Uno ... aku mau keluar dari hutan ini, bunda dan ayah pasti mengkhawatirkan keadaanku," ucap Hanna pelan.

"Kita pasti akan keluar dari hutan ini. Sekarang kamu makan dulu pisang yang tadi sempat aku cari, ya?" bujuk Nuno lalu di beri anggukkan oleh Hanna.

Laki-laki itu memberikan tiga buah pisang yang sudah matang, ke hadapan Hanna. Untuk sekedar mengisi perutnya yang kosong, Nuno bersyukur di hutan ini masih ada pohon pisang yang kebetulan sedang berbuah dan sudah matang. Sedikit bisa mengganjal perut yang terasa lapar.

"Haus ...," pinta Hanna lalu Nuno dengan bergegas mengambil sebuah botol yang berisi air yang di ambil dari air sungai di sekitar hutan itu.

Nuno tersenyum, menatap wajah perempuan yang berada di sebelahnya. Banyak sekali perubahan dari perempuan itu, dari pakaiannya dan juga sikapnya yang berbeda dari biasanya.

"Uno ... Ana mau kita akhiri hubungan ini,"

Senyum yang menghiasi bibir Nuno, seketika luntur ketika mendengar kata yang di ucapkan oleh sang kekasih.

"Apa Uno, tidak salah dengar?" kata Nuno meyakinkan perempuan itu.

"Tidak Uno ... mari kita akhiri hubungan ini. A-aku---"

"Sudah, ada pria lain?" potong Nuno cepat membuat Hanna terdiam membisu.

"JAWAB AKU HANNA!" bentak Nuno dengan mata yang memanas, perasaannya terluka dan hatinya terasa sangat sakit ketika kata itu terucap dari bibir perempuan yang dicintainya.

Tubuh Hanna menegang kaku, perempuan itu menatap sendu pepohonan rimbun yang ada di sekitarnya. Bentakan itu juga menyakitkan hatinya.

"U-uno---"

"Apa karena kejadian itu, kamu berubah? Kamu tidak mengerti Ana. Kejadian di laut itu, aku tidak benar-benar terbawa arus, aku hanya memanfaatkan kejadian itu supaya kamu percaya, jika aku sudah pergi." sela Nuno dengan air mata yang mengalir dari pelupuk mata.

Pria Laut Sang Nahkoda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang