BAB 14 (Malam yang panjang)

58 15 27
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholi ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!

"Kehilangan ataupun perpisahan, kedua nya sama sama hal yang tak pernah bisa kita terima dengan baik. Tapi bukankah setelah kesulitan atau kesedihan, pasti akan ada kebahagiaan?Jadikan kesempatan ini, adalah kebahagiaan yang kamu miliki. Atas Izin-Nya in shaa Allah, kamu akan bisa menjadi lebih kuat dan tabah untuk menerima takdir yang sudah tertulis pada Lauhul Mahfudz."

HAPPY READING!!!

*******

Malam ini sepasang suami istri tidak lain Khatar dan Hanna tengah berada di rumah orang tua istrinya, Hanna. Mereka semua tengah berkumpul di ruang tamu, sambil mengobrol ringan.

"Bunda, Hanna bawain kue kesukaan Bunda, lihat!" ucap Hanna sambil memberikan kotak berisi kue buatannya tadi sore dengan di temani suaminya.

"Enak, enggak?" canda Bunda Hania pada putrinya dengan mengambil kotak kue yang di sodorkan Hanna.

"Enak, Bun. Khatar dan Umma sudah cobain di rumah tadi," timpal Khatar membuat Bunda Hania terkekeh kecil.

"Bunda hanya bercanda kok!" kekeh bunda Hania lalu membuka kotak kuenya.

Wanita paruh baya itu kemudian mengambil satu kue Monde susu, lalu memakannya. "Rasanya masih sama, Bunda jadi rindu kamu, bikin kue bareng Bunda lagi." ujar Bunda Hania membuat Hanna terdiam sendu.

"Lho, Bunda kenapa tidak bikinnya bareng Ayah?" timpal Ayah Heri pada istrinya yang tengah duduk di sisinya.

Bunda Hania mengerucutkan bibirnya, "Kalau bikin sama Ayah, enggak bakal jadi kuenya!" cibir bunda Hania.

"Lho, memangnya Ayah jahilin Bunda?" sahut Ayah Heri seakan tidak terima dengan ucapan istrinya.

Khatar dah Hanna saling pandang, lalu keduanya mengangguk bersamaan, seakan tadi itu adalah sebuah kode untuk izin pergi dari ruang tamu.

"Bun? Hanna dan Mas Khatar, izin pergi ke kamar Hanna, ya?" tanya Hanna pada orang tuanya.

"MAU NGAPAIN?" sahut kedua orang tua Hanna serentak tatapannya mengarah pada mereka berdua.

Hanna dan Khatar terlonjak kaget, ketika orang tua Hanna menjawab secara bersamaan. Hanna meringis malu, lalu melirik Khatar untuk menjawab pertanyaan orang tuanya.

"Bunda, Ayah? Jadikan, sebenarnya kedatangan kami berdua itu ingin mengambil pakaian Hanna yang masih tertinggal di sini. Nah sisanya, yang pakaian Hanna tidak muat dan masih bagus, mau di berikan ke anak tetangga dekat sini." jelas Khatar pada mertuanya.

Bunda Hania dan Ayah Heri mengangguk mengerti, "Oh, kirain Bunda, kalian mau ngapain ke kamar, yasudah sana! Bunda dan Ayah tunggu, di sini." ujar Bunda Hania.

"Eh, sepertinya hari ini aku butuh Bunda," sela Hanna perempuan itu baru teringat jika dirinya ingin bercerita pada sang Bunda.

Khatar mengernyitkan dahi, "Lho, enggak jadi sama Mas?" tanya Khatar pada istrinya.

Gelengan kecil diberikan oleh Hanna. "Maaf Mas, sepertinya Hanna sama Bunda saja, yang bantuin pilih baju,"

"Mas dengan Ayah dulu saja, ya? Tidak apa-apa, kan?" lanjut Hanna lalu Khatar mengangguk.

Pria Laut Sang Nahkoda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang