BAB 8 (Menjadi imam?)

70 26 31
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholi ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!

"Saya pasti bisa, membuatmu mencintai saya. Memang semuanya tidak akan instan, tapi saya tidak akan menyerah!"

HAPPY READING!!

*********

Khatar terbangun dari tidurnya, ketika mendengar suara adzan subuh berkumandang. Netra pria itu melirik ke sekeliling ruangan, yang sangat asing baginya.

Saat hendak beranjak dari tempatnya, Khatar di buat terkejut ketika ada sebuah tangan melingkar di atas perutnya. Ia melirik ke samping, terdapat perempuan tengah tertidur pulas dengan bantalan tangannya.

Bibir pria itu terangkat menerbitkan senyum tipis, ketika melihat wajah istrinya yang tengah tertidur membuat perasannya menghangat. Pikiran Khatar kembali pada kejadian semalam, dia tidak habis pikir kenapa istrinya, datang ke tempat haram itu? Dan sejak kapan istrinya meminum alkohol? Beberapa pertanyaan mulai muncul dalam benaknya, ada yang belum dirinya ketahui tentang istrinya. Sepertinya setelah ini Khatar akan meminta sang Ayah mertua, menceritakan semua tentang istrinya.

"Shalihah, bangun? Waktunya shalat subuh," ucap Khatar pelan pada istrinya, dengan mengelus surai rambutnya.

Hanna perempuan itu tidak terusik sama sekali, ia semakin mengeratkan pelukannya pada suaminya.

Khatar menghembuskan nafasnya panjang, ia terus melirik ke arah jam dinding, takut jika waktu subuh sudah terlewat.

"Shalihah? Ayo bangun, kita shalat subuh berjamaah!" kata Khatar lagi dengan sedikit menggoyangkan pundak Hanna.

Hanna terusik, matanya mengerjap lucu. Netra perempuan itu membuka, terdiam sejenak menatap ke arah Khatar.

Seketika matanya membulat, "AAAA---" teriak Hanna spontan mengejutkan Khatar, dengan buru-buru Khatar membekap mulut istrinya dengan satu tangannya.

"Tenang lah, jangan berteriak! Nanti kamu bisa membangunkan yang lain." bisik Khatar menatap istrinya.

Hanna menggigit tangan pria yang tengah membekap mulutnya.

"Ah!" ringis Khatar ketika merasakan tangannya tergigit, dengan sekejap pria itu melepaskan bekapan pada mulut istrinya.

"Kamu siapa?" sentak Hanna bangun dari tempat tidurnya, lalu melangkah menjauhi pria yang tidak di kenalnya.

Perempuan itu masih belum menyadari, jika pria yang berada di kamarnya adalah pria laut yang sering dirinya temui.

"Kamu ... Kamu pria laut itu kan?" pekik Hanna terkejut.

Khatar tersenyum kikuk, kemudian mengangguk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kenapa, kamu apa di sini? Dan ... Kamu tidak melakukan apapun, kan? Kepadaku?" resah Hanna takut.

Khatar menggeleng, mencoba bangkit mendekati istrinya.

"Dengarkan saya, saya itu suami kamu! Sekarang kita wudhu, lalu shalat subuh berjamaah. Nanti saya yang akan menjadi imam kamu, bagaimana?" usul Khatar ketika sudah berada di hadapan istrinya.

"T-tapi---"

"Waktu subuh hanya sedikit, saya akan mendengarkan semua ucapan kamu, setelah kita shalat. Oke?" potong Khatar lagi, mencoba meyakinkan perempuan yang ada di depannya.

Pria Laut Sang Nahkoda Where stories live. Discover now