BAB 6 (Awal bertemu)

70 30 32
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholi ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!

"Takdir Allah yang terbaik."

HAPPY READING!

*********

Hanna perempuan itu tengah membantu para pegawainya packing roti yang nanti sore akan di import ke suatu daerah.

Drtt!

Drtt!

Dering ponsel milik perempuan itu terdengar nyaring, yang berasal dari saku gamis perempuan itu. Hanna merogoh saku gamisnya setelah melepaskan sarung tangan plastik pada kedua tangannya.

'Bunda' Nama itu tertera di layar ponsel gadis itu, buru-buru ia menekan tombol hijau untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Hallo?"

'Sayang, sekarang kamu pulang ke rumah! Bunda dan Ayah tunggu.' ucap seseorang di sebrang telepon sana.

"T-tapi Bund---"

'Tidak pakai lama! Urusan toko, berikan dulu pada sekretaris kamu.'

Bip!

Telepon dimatikan sepihak oleh Bundanya, Hanna menghembuskan nafasnya kasar, kemudian menaruh kembali ponselnya pada saku gamis yang tengah dirinya kenakan. Gamis? Ya! Hanna memakai gamis putih kemarin yang dirinya sempat gunakan sebentar, untung saja gadis itu sudah mencucinya waktu di rumah.

"Chika?" panggil Hanna pada sekretarisnya yang memang sedang berada di sana.

"Iya, Miss?" sahut Chika kemudian berjalan menghampiri atasannya.

"Saya hari ini izin pulang lebih awal, nanti kamu yang urus semua? Laporan pengiriman dan pembayaran kirim melalui email saya! Bisa di mengerti?" ujar Hanna serius.

Chika mengangguk sambil menunduk, "M-mengerti Miss."

"Baik, dengarkan saya semuanya? Kerja yang konsisten, kejujuran dalam pekerjaan itu yang paling di butuhkan."

"I-iya Miss." sahut seluruh pegawai toko roti milik gadis itu mengangguk mengerti.

Hanna tersenyum kecil kemudian berjalan keluar dari ruangan khusus membuat proses pembuatan roti, sebelum itu dirinya menyempatkan mencuci tangan sebentar lalu pergi menuju ruangan pribadinya.

"Bunda tumben suruh aku pulang? Apa Bunda dan Ayah sudah pulang dari rumah Nenek?" tanyanya bingung pada dirinya sendiri.

Hanna berjalan keluar dari toko miliknya kemudian berjalan mendekati motornya yang terparkir di depan toko.

Perempuan itu memakai helm, setelah itu melajukan sepeda motornya dengan kecepatan sedang.

"Panas banget! Bunda juga, mau ngapain suruh aku pulang jam segini!" gerutu Hanna yang sedang fokus mengendarai motornya.

Panas matahari yang menyengat masuk ke dalam tubuhnya, membuat perempuan itu ke gerahan, keringat mulai bercucuran dari pelipisnya, sebab pakainya yang menurutnya terlalu tertutup dari atas sampai bawah. Hingga angin semilirpun tidak bisa dirinya rasakan.

Hanna gadis itu memang sekarang ini sedang mencoba membiasakan memakai jilbab, sebab dirinya tidak ingin membuat suami yang belum diketahuinya menceramahi dirinya.

Pria Laut Sang Nahkoda Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz