BAB 17. (NUNO KEMBALI?)

35 7 6
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dan vote, jangan jadi pembaca Goib!

Sebelum membaca kita bershalawat dahulu, "Allahuma sholi ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad"

Terimakasih sudah mampir!

"Aku kembali, dengan membawa sejuta kerinduan yang mendalam. Semoga dengan adanya kamu di sisiku, semua sakit ini terobati."

HAPPY READING!!

*****

Sinar matahari masuk ke dalam celah-celah sisi rumah yang terbuat dari bambu, tempat itu adalah tempat Hanna berada saat ini. Hanna terusik lalu membuka kedua matanya perlahan. Perempuan itu bangkit dari tidurnya, melirik ke sekeliling tempat itu. Banyak beberapa bambu yang ada di dalam rumah itu, Hanna berjalan mendekati pintu.

Dengan sedikit ragu, Hanna menggedor-gedor pintu yang terbuat dari kayu itu. Tidak lama ada seseorang yang datang membuka pintu itu dengan kasar. Hanna sempat terkejut, lalu memundurkan langkahnya. Hanna berteriak meminta tolong, dengan mata terus mengawasi pergerakan seseorang yang memakai jubah hitam.

"Tolong! Tolong aku!" jerit Hanna sekencang mungkin, suaranya sangat melengking membuat seseorang yang baru saja datang ke tempat itu semakin tersenyum menyeringai.

"Teriak aja, sampai suara lo habis! Ini di hutan, enggak akan ada yang denger suara lo, selain gue dan anak buah gue di sini! Jangan harap lo, bisa lolos dari sini!" tekan seseorang itu sambil mendekati Hanna.

Hanna menggeleng cepat, dengan air mata yang sudah mulai luruh dari kedua netranya. "T-tolong l-lepaskan aku! Aku tidak mempunyai masalah apapun, di mana sahabatku? Kemarin itu, aku bersamanya di sebuah taman. Apakah kamu menyakitinya juga?" Hanna terisak takut, ini bukan pertama kalinya dia merasakan ini. Dulu waktu kecil, kejadian ini pernah terjadi dan sekarang terulang kembali.

Seseorang itu tertawa keras, dengan perlahan ia membuka penutup jubah pada kepalanya. Netra Hanna membulat sempurna, bibirnya bergetar tidak percaya apa yang telah di lihatnya sekarang.

"V-vio---"

Seseorang itu menyela ucapan Hanna. "Ini kejutan bukan? Apa lo enggak kangen, sama gue?" kilatan kebencian terhadap perempuan di depannya sangat tergambar jelas di kedua tatapan yang di berikan seseorang itu pada Hanna.

Hanna semakin tidak percaya, perempuan itu dengan berani mendekati seseorang itu yang tidak lain adalah Viona. Belum sempat Hanna mendekat, Viona lebih dulu mendorong tubuh ramping Hanna dengan kuat. Membuat perempuan itu tersungkur di atas tanah yang di lapisi tikar, Hanna meringis menahan rasa sakit pada kedua kakinya. Tapi hatinya lebih sakit, ketika melihat sahabatnya telah melakukan hal yang sangat di luar dugaannya.

"V-vio---"

"Berisik! Jangan panggil nama gue! Gue benci, suara yang keluar dari mulut lo!" sentaknya membuat Hanna takut.

"Dengarkan gue, Hanna! Pasti lo, enggak nyangka gue lakuin hal ini, 'kan?" ujar Viona menatap tajam ke arah perempuan yang tengah mencoba untuk bangkit berdiri.

Hanna mengangguk, dengan susah payah perempuan itu tengah mencoba kembali berdiri. Belum sempat Hanna berdiri sepenuhnya, tubuhnya sudah kembali di dorong hingga mengenai papan kayu yang berada tidak jauh di belakang punggungnya.

Viona menarik kursi kayu yang tak jauh dari jangkauannya, wanita itu mendudukkan dirinya sambil bersidekap dada dengan menatap miris perempuan yang tengah meringis di tanah beralaskan tikar.

Pria Laut Sang Nahkoda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang