01

8.6K 468 5
                                    

Sebelum ke cerita, saya mau mengingatkan jika cerita ini bxb. Yang gak nyaman sama genre ini saya persilahkan untuk pergi dan mencari cerita lain sesuai dengan bacaan kalian.

Untuk alurnya mungkin lebih banyak berfokus sama jalan ceritanya, walaupun saya selipkan sedikit romansa di pairing yang sudah saya sebutkan di sinopsis.

Genre ini fantasi dengan mengangkat tema vampir yang pastinya akan ada adegan pertarungan yang melibatkan darah. Tapi hanya di beberapa chapter saja, dan narasi yang saya buat tidak terlalu sadis kok👌

Untuk pembaca baru maupun pembaca lama, selamat datang di book ke-6 saya dan book ke-2 saya dengan main cast Jisung × Chenle.

So, happy reading~


.



.



.




Suasana malam hari terasa lembut menerpa kulit ketika hamparan selendang hitam membentang sejauh mata memandang, dengan taburan bintang sebagai hiasannya.

Banyak orang-orang terlihat memenuhi beberapa titik keramaian, dengan lampu-lampu jalanan yang dinyalakan, mereka tidak takut akan kegelapan yang mulai melingkupi peralihan hari.

Seorang pria jangkung dengan hoodie hitamnya berjalan membelah keramaian. Tudung hoodienya menutupi hampir seluruh kepalanya hingga siapapun yang melihatnya tidak akan bisa mengetahui wajahnya dengan jelas.

Ia sesekali berdecih ketika netranya melihat pasangan muda mudi sedang beradu bibir di bangku taman.

"Dasar manusia tidak tahu malu."

Kakinya ia langkahkan menjauhi taman, hingga tak sadar ia sudah memasuki wilayah yang cukup sepi dari sebelumnya.

Jemarinya ia bawa untuk mengusap hidungnya yang tiba-tiba saja menangkap aroma manis dari udara yang dilewatinya.

"Hm? Bau darah?" Ia berhenti di pinggir jalan dan menatap ke area gelap pada rerumputan pendek yang seperti habis tergilas sesuatu. Di sanalah bau darahnya berasal.

Apa sebelumnya disini terjadi kecelakaan? Kalaupun jika korbannya sudah di bawa ke rumah sakit, baunya tidak semenyengat ini. Apa mungkin korban kecelakaannya masih disana?

Rasa penasaran ingin memastikan sesuatu, pria itu dengan langkah kaki ringan melangkah menuju arah kemana bau darah itu membawanya.




***




Seorang pemuda sedang bersusah payah hanya untuk menarik satu tarikan nafas. Tubuhnya bersimbah darah mampu menutupi betapa kesakitannya pemuda itu. Darah segar masih mengalir deras dari tengkorak yang pecah akibat benturan keras yang tidak main-main.

Nafasnya mulai tersendat-sendat tanda sebentar lagi ajal menjemputnya. Segala memori tentang kehidupannya terputar dengan jelas, air matanya serasa tak mampu lagi keluar dari kelopak mata indahnya yang sebentar lagi akan menutup untuk selamanya. Ia bahkan masih punya beberapa urusan yang belum terselesaikan di dunia. Ia juga memikirkan perasaan orang-orang terdekatnya jika ia pergi. Pemuda itu bahkan belum sempat berpamitan dan mengucapkan terima kasih bagi mereka yang sudah sangat baik menemaninya berjalan di atas bumi ini. Menyemangatinya dan memberi dukungan baginya yang hampir menyerah akan dunia.

Namun sekeras apapun ia berusaha untuk tetap bertahan, ia tidak bisa menghindari takdir.

Tubuhnya mengejang, kesadarannya sudah berada di ambang batas. Rasa sakit di sekujur tubuhnya mulai terganti menjadi rasa kebas akibat ia sudah tak sanggup untuk menerima semua rasa sakit itu.

Telinganya mendengar sedikit suara rumput yang tergesek dengan permukaan keras perlahan mendekatinya. Ia dapat menyadari kehadiran seseorang di sekitarnya. Apa itu malaikat maut? Jika iya, maka ia memang akan dijemput untuk pulang meninggalkan dunia yang fana ini untuk selama-lamanya. Ia akan mencoba mengikhlaskan semuanya.

"Manusia menyedihkan." ucap seseorang yang berdiri di samping pemuda yang hampir diambang batas kematiannya.

"Menyedihkan, sampai di ambang kematianmu pun orang-orang tak ada yang peduli denganmu."

Pria itu berjongkok, mensejajarkan pandangannya pada wajah pemuda itu yang sudah tak memiliki darah lagi. "Aku menawarkan padamu untuk hidup kembali, tidak sebagai manusia melainkan menjadi slave ku. Hanya ini cara agar kau terhindar dari takdir kematianmu."

"Aku tahu kau masih bisa mendengarku. Berhutang budilah kepadaku saat kau terlahir kembali nanti."

Pria itu mulai menggigit bibir bawahnya hingga merahnya darah keluar dari lapisan lembut tersebut. Menempelkannya ke bibir pucat pemuda itu dan mengalirkan darah hitam itu melewati tenggorokannya.

Ia menjauhkan wajahnya dan berdiri sembari menunggu reaksi tubuh pemuda itu yang menerima darahnya. Tak sampai semenit, tubuh pemuda itu kembali mengejang hebat dengan kedua mata terbuka lebar. Denyut jantung yang sempat hilang kini berdetak sangat cepat hingga pada akhirnya berhenti, namun tak lama kemudian suara patahan tulang dan teriakan kesakitan dari pemuda itu mengalun pilu menyelimuti pekatnya malam.

Bintang yang tadinya menunjukkan keindahannya seketika tertutup awan hitam hingga kegelapan malam semakin menjadi-jadi.

Tudung hoodie pria itu ia singkap hingga menampakkan surai perak yang kontras dengan kulit pucatnya. Netra kembar sepekat darah itu menatap datar ke arah pemuda malang yang sekarang sudah tak menjerit lagi.

"Sepertinya aku berhasil mengubahmu. Darahku ternyata cocok denganmu." ucap pria itu dengan seringai tipis di bibir tebalnya saat melihat pemuda di hadapannya berusaha untuk bangkit dengan gerakan patah-patah.

Lututnya menghantam rumput di bawahnya saat mencoba berdiri dengan sekujur tubuh masih bergetar hebat akibat reaksi luar biasa yang masih tersisa dari darah pria itu.

Pria bersurai perak itu mendekat dan jemarinya mengangkat dagu pemuda itu hingga mendongak memperlihatkan wajah pemuda itu dengan netra berwarna merah darah senada dengan netra sang tuan.

Ia tersenyum tipis kala slavenya menatap ke arahnya dengan pandangan kosong. "Mulai sekarang kau slaveku, dan aku tuanmu. Jadilah slave yang penurut dan selalu melakukan apapun yang aku perintahkan, kau mengerti?"

Tidak ada respon apapun dari pemuda itu, namun mulutnya terbuka memperlihatkan dua taring tajam yang mencuat dari sela giginya. Sang tuan terkekeh ketika jemari kecil itu meraih tangannya dan hendak memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Tidak, jangan sekarang. Ada darah yang lebih lezat daripada darahku. Ku harap kau bisa menahan dahagamu sampai kita tiba di kediamanku."

Pria bersurai perak itu mengangkat dan meletakkan slavenya di bahu bak karung beras.

"Ck, jangan nakal slaveku."

Tangan besarnya menjauhkan wajah pemuda itu dari lehernya saat slavenya ingin menggigit area tersebut. Nafasnya terasa menggebu karena rasa haus darah yang teramat membakar tenggorokannya.

Seketika pria itu melesat dengan kecepatan cahaya meninggalkan area tempat saksi seorang vampir bangsawan mengubah seorang manusia malang menjadi slavenya.




Tbc.




Tes ombak dulu, kalau suka silahkan klik bintang oranye di sudut kiri bawah sebagai apresiasi kalian, serta beritahu saya untuk lanjut atau tidak dengan meninggalkan komentar💚

Master! [JiChen]✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें