11

2K 221 4
                                    




.


.


.


Selepas bel istirahat berbunyi, Chenle langsung menuju ruang guru dengan seragam dipelukannya untuk ia tukarkan dengan seragam yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Tentu saja sebelumnya ia minta izin dulu dengan Jisung.

Wali kelas Chenle hanya menepuk jidatnya dan segera mencarikan seragam yang pas di tubuh pemuda itu. Setelah dapat yang dicari, Chenle langsung mengganti bajunya di ruang ganti tak lupa mengucapkan terimakasih kepada wali kelasnya yang sudah direpotkan olehnya.

Dengan sedikit berlari kecil, ia menuju kelasnya yang ternyata Jisung tidak ada di sana.

Apa mungkin ke kantin?

Dengan bergegas ia menuju kantin yang letaknya lumayan jauh dari kelasnya. Seorang slave tidak boleh terlalu jauh dengan tuannya bukan?

Tubuh kecilnya hampir saja menabrak orang yang baru saja turun dari lantai dua. Pandangan mereka bertemu dengan sama-sama memperlihatkan keterkejutannya.

"CHENLE!?"

"Kak Renjun!?"

Renjun langsung menghambur memeluk erat temannya yang hilang tiba-tiba tanpa kabar hampir sebulan lamanya.

"Chenle! Darimana saja kau? Kenapa bisa hilang tiba-tiba seperti itu?? Kau tahu betapa aku mencemaskanmu! Aku sudah berkeliling menanyakan setiap orang yang pernah berinteraksi denganmu, tetapi mereka menjawab dengan jawaban sama. Aku hampir putus asa mencarimu Chenleee!"

Pemuda bermata rubah itu seketika menangis kencang tak mempedulikan tatapan siswa-siswi yang berlalu lalang di sekitar mereka. Chenle juga menangis haru kala mendengar betapa perhatiannya Renjun pada dirinya. Inilah alasan mengapa ia sangat menyayangi teman-temannya.

"Ma-maafkan aku sudah membuat kakak cemas. Banyak hal terjadi yang tidak bisa aku ceritakan padamu."

Renjun melepas pelukan mereka. Ia menatap mata berair milik adik kelasnya dan menangkup pipi yang sedikit berisi itu.

"Tapi kau tidak apa-apa kan?" tanyanya masih dengan sesegukan. Chenle mengangguk dan tersenyum hangat.

"Tidak apa-apa. Kakak lihat sendiri aku disini dalam keadaan yang sangat baik. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan." yakin Chenle. Renjun mengangguk membenarkan. Ia melihat penampilan Chenle jauh lebih baik daripada sebelumnya. Renjun seorang manusia biasa, makanya ia tidak tahu dengan perubahan aura adik kelasnya itu.

"Renjun hei! Kenapa kau meninggalkanku?"

Sontak kedua insan itu menoleh ke arah seorang pemuda manis dengan surai coklat madu sedang menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

"Ren-"

"Kak Haechan!"

Belum sampai kaki Haechan menapak di anak tangga terakhir, dirinya langsung diserang pelukan oleh adik kelas yang sangat dikhawatirkannya hampir sebulan ini.

"Chenle?? Bagaimana kau-"

Pemuda itu masih tidak dapat percaya jika yang sedang memeluknya ini adalah Chenle.

"Iya ini Chenle! Aku benar-benar rindu dengan kakak!"

Mata Haechan bergulir menatap wajah sembab Renjun. Pemuda itu mengangguk dengan senyum bahagianya, barulah Haechan membalas pelukan itu lebih erat dari punya Renjun seolah jika dilepas Chenle akan menghilang dari pandangannya.

"Oh astaga Chenle! Aku.. aku-"

Punggung Haechan bergetar sampai tidak bisa berkata-kata lagi saking bahagianya. Dengan inisiatif tangan kecil Chenle mengelus-elus punggung salah satu kakak tersayangnya.

Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang