12

2K 229 24
                                    




.


.


.


Chenle bernafas lega ketika Haechan berhasil mengalihkan atensi semua orang yang ada di meja itu.

"Oh dia tu-"

"Aku ke kelas."

Perkataan Chenle terpotong saat Jisung dengan tiba-tiba beranjak dari duduknya. Semua orang yang ada di sana menatap keheranan ke arah punggung vampir bersurai perak yang semakin menjauh dari kantin.

Sebelum benar-benar pergi, Jisung mengirim telepati kepada Chenle.

'Jangan beritahukan identitasmu yang sebenarnya. Bilang saja aku temanmu dan jangan sebut aku tuan jika kita sedang berada di lingkungan sekolah.'

Chenle mengerjapkan matanya dan tak sadar menarik sudut bibirnya sedikit.

Teman? Ia tidak menyangka akan mendengar kata itu dari tuannya walaupun hanya sekedar status palsu saja, hati Chenle menghangat.

"Chenle? Kenapa melamun?"

Seketika pemuda itu tersadar. Ia mengedarkan senyumnya pada teman-temannya yang sedang memasang raut kebingungan.

"Ah, dia siswa baru di kelasku. Kami kebetulan menjadi partner duduk dan menjadi teman baik setelahnya."

Renjun mengerutkan keningnya karena merasa janggal, "Baru hari pertama masuk dan kalian sudah menjadi teman? Aku rasa agak mustahil pria itu berinteraksi dengan orang banyak mengingat sikap dan ekspresinya saja seperti kulkas dua pintu."

"Memang jika dilihat sekilas pria itu tipe-tipe siswa yang dingin dengan semua orang. Tapi jangan remehkan pesona seorang Zhong Chenle yang mampu membuatmu meleleh hanya dengan tatapan matanya." ujar Haechan sembari mengangkat kedua alisnya menggoda Chenle.

"Ah, kak Haechan jangan berlebihan." tawa Chenle dengan canggung. Pesona apanya? Sepertinya Haechan punya bakat mengarang yang handal.

Mark sedari tadi hanya diam melihat interaksi ketiga sahabat di hadapannya. Banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepala vampir itu. Terlebih dengan kehadiran vampir bangsawan bersurai perak itu bersamaan dengan kembalinya Chenle dengan aura berbeda.

Ia masih ragu dengan aura vampir yang ia rasakan. Di samping itu aura manusia masih ada di dalam tubuh Chenle.

Ini aneh. Haruskah ia menanyakan perihal ini pada Chenle langsung? Tidak mungkin kan instingnya salah?

Lalu perihal vampir bersurai perak itu, ia setuju dengan pendapat Renjun yang menyatakan bahwa tidak mungkin Chenle dan vampir itu bisa berteman dekat hanya dengan menjadi partner duduk.

Setahunya, Chenle tertutup dengan semua orang. Teman yang ia miliki hanyalah dia, Renjun dan Haechan. Bukankah ini terasa janggal? Pasti ada sesuatu di antara mereka dan mungkin ini ada hubungannya dengan hilangnya Chenle sebulan lalu.



***



Matanya melirik ke arah samping dimana tikungan koridor menuju toilet barusan yang ia lalui. Ada sedikit pergerakan angin disana. Siapa yang dengan lancang sudah menguntitnya sedari tadi?

Jisung tetap pada temponya berjalan agar orang itu tidak merasa bahwa ia sudah ketahuan mengikuti dirinya sampai ke toilet.

Sampai jemarinya hampir mendorong salah satu bilik toilet di sana, kepalan tangannya memutar ke samping kanan hingga bunyi debuman benda keras mengalun dengan nyaring di dalam ruangan sempit itu.

Netra semerah darah itu menatap nyalang ke arah vampir bersurai biru terang yang sedang menahan kepalan tangannya dengan satu tangan.

"Mau apa kau!?"

Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang