02

4.7K 368 13
                                    




.


.


.


Teriakan pilu yang berasal dari salah satu kandang berisi manusia hidup menggaduhkan ruang bawah tanah itu yang terlihat seperti penangkaran manusia.

"Wow, brutal sekali." kagum pria itu. Matanya menatap takjub ke arah slavenya yang menyerang manusia di balik jeruji besi tersebut dengan brutal. Darah mengotori dinding serta lantai dan potongan tubuh berserakan dimana-mana, bukti keganasan seorang slave baru yang belum bisa mengontrol nafsunya akan darah.

Satu tubuh manusia tak bernyawa ambruk ke lantai menandakan itu adalah makanan terakhirnya yang ia habiskan. Sekujur tubuhnya bermandikan darah hingga ia tampak lebih mengerikan daripada tuannya sendiri.

Pria itu membuka gembok jeruji dan menarik slavenya yang sudah kenyang ke luar. Jalannya masih tertatih karena masih menyesuaikan dengan tubuh barunya.

"Kau kotor sekali. Pelayan! Bersihkan dia lalu bawa ke kamarku."

Tiga pelayan yang memang berada di sana langsung mengambil alih tubuh kotor itu dan membawa pergi untuk dibersihkan. Pria itu memutuskan untuk keluar dari ruang bawah tanah menyisakan suasana sepi yang mencekam bagi para manusia yang barusan menyaksikan keganasan seorang slave liar.




***




"Baru pulang? Darimana saja?"

Langkah pemilik nama terhenti ketika berpapasan dengan salah satu kakak kembarnya di ruang tamu.

"Tidak ada." jawabnya seadanya. Ia ingin kembali melangkah menuju ke kamarnya jika saja perkataan kakak kembarnya menahannya di tempat.

"Kau tak bisa menutupi apapun dariku Lee Jisung."

Ia menghela nafasnya. Memang ia dan kakak kembar satunya yang memiliki surai perak yang sama dengannya itu memiliki sifat sama-sama dingin dan irit bicara. Berbeda dengan kakak kembar satunya lagi yang memiliki kepribadian hangat dan ceria. Jika keduanya bertemu, suasana mansion yang sudah dingin tambah mencekam akibat dari aura dominan yang sama-sama menguar dari kakak-adik vampir itu.

"Seharusnya kau sudah tahu tanpa aku jelaskan lagi." ucapnya sembari berlalu menuju ke kamarnya.

"Jika Jaemin tahu kau akan diceramahi habis-habisan."

Jisung tak peduli, toh Jaemin bukan Jeno yang tak segan-segan memberikan hukuman kejam jika salah satu anggota keluarganya membuat kesalahan. Lagian dia juga tidak merasa bahwa mengubah manusia menjadi slavenya merupakan kesalahan yang patut disesali.

Ia tidak menyesal bagaimana melihat darahnya bereaksi dengan sangat baik pada tubuh pemuda itu. Itu artinya mereka ditakdirkan bukan? Tinggal mengajarinya bagaimana mengontrol nafsunya maka tak ada yang patut untuk dikhawatirkan bukan?




***




Tok tok tok

Jisung yang sedang berbaring di kasurnya dengan buku di tangan kanannya seketika menolehkan ke arah pintu bercat putih miliknya yang masih tertutup rapat.

"Masuk." perintahnya. Kemudian masuklah beberapa pelayan yang ia tugaskan di ruang bawah tanah tadi dengan memapah pemuda yang sudah bersih dan diberikan pakaian yang layak.

"Tinggalkan dia disana, kalian pergilah."

Setelah para pelayan itu keluar, pemuda itu langsung ambruk di lantai. Sepertinya kekuatannya masih belum menyesuaikan dengan kondisi tubuh barunya. Jisung cuma acuh dan kembali membaca bukunya.

Pemuda itu dengan susah payah mengangkat kepalanya guna melihat vampir bersurai perak itu.

"Ap.. apa yang kau.. lakukan padaku..? S..siapa kau sebenarnya..?" ucapnya dengan susah payah. Jisung menurunkan bukunya dan menatap ke dalam manik merah slavenya.

"Kau sekarang adalah slaveku, Lee Jisung dari keluarga vampir bangsawan Lee."

Singkat namun mampu membuat darah pemuda itu berdesir kala mendengar jika vampir dihadapannya ini berasal dari bangsawan Lee yang terkenal kuat dan kejam. Mereka merupakan kalangan vampir yang ditakuti ras vampir dan manusia di dunia ini karena pembantaian massal yang dilakukan oleh mereka pada perang antar dua ras di zaman dahulu. Walaupun vampir dan manusia sudah berdamai dan hidup berdampingan, tetap saja untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ditetapkanlah peraturan agar tidak saling menyerang satu sama lain. Bagi ras vampir dilarang menunjukkan kekuatannya di depan publik serta manusia dilarang menodongkan senjata ke arah vampir.

Dan fakta mengerikannya lagi ia sekarang telah menjadi slave dari salah satu anggota keluarga mereka? Takdir apa lagi kali ini?

"Ke..kenapa kau melakukan ini padaku..?" tanya pemuda itu masih belum percaya jika dirinya sudah berganti bangsa.

Jisung meletakkan bukunya ke atas meja nakas dan berjongkok di hadapan slavenya yang sekarang menatapnya dengan pandangan takut.

Bagaimana dia tidak takut jika aura pekat menyelimuti sekitaran tubuhnya hingga mampu membuat orang-orang disekitarnya sesak nafas.

"Kau kutemukan hampir meregang nyawa di pinggir jalan. Tidakkah kau berterimakasih padaku telah mengusir malaikat maut yang hendak mengambil nyawamu?"

Manik ketakutan itu seketika bergetar kala ingatannya kembali pada kejadian bagaimana ia berjuang untuk hidup kala tubuhnya sudah tak berdaya akibat tertabrak truk yang melarikan diri tanpa peduli satu nyawa manusia hampir melayang akibat perbuatannya.

"Dengan kau menjadi slaveku, kau jauh lebih kuat dari para manusia itu. Mudah bagimu untuk membalaskan dendam mereka yang telah menyakitimu."

Ujung bibir vampir itu tertarik ke atas ketika dilihatnya pemuda itu terpengaruh oleh kata-katanya.

"Vampir tidak mengenal apa itu rasa kemanusiaan. Jadi karena kau sudah menjadi bagian dari ras vampir, maka buanglah rasa kemanusiaanmu itu."

Pemuda itu mengepalkan kedua tangannya. Ia masih tidak habis pikir kenapa takdirnya bisa begitu rumit begini.

"Kenapa.. kau tidak.. biarkan saja ak..aku mati?"

Wajah vampir bungsu Lee itu seketika mendatar. Sorot matanya tajam menusuk hingga kini pemuda itu merintih kala dagunya dicengkeram kuat oleh tuannya.

"Dasar manusia tidak tahu terimakasih!"

Tangan satunya yang bebas ia bawa menuju leher putih pemuda itu. Mencekiknya hingga pemuda itu memberontak dengan lemah.

"Tidak ada alasan aku menjadikanmu slaveku. Sekali kita terikat maka akan selamanya kau tidak bisa lepas dariku. Ingat aku tuanmu! Jangan membantah perintahku atau kepalamu akan terpisah dari tubuhmu Zhong Chenle!"

Jisung melepaskan cekikannya pada leher pemuda itu yang sudah membiru. Membanting pintu dengan kuat hingga menyisakan pemuda itu yang sibuk meraih oksigen mengisi paru-parunya. Ia tak terkejut lagi mengapa sang tuan tahu nama lengkapnya.

"Ke-kenapa takdirku seperti ini? Aku tidak mau menjadi vampir.."

Butiran air mata berjatuhan membasahi lantai marmer di bawahnya. Chenle - nama pemuda itu - menangis dalam diam. Ia ingin menjemput ujung dunianya dengan normal walaupun cara kematiannya tidak layak, tapi kenapa ia malah berakhir disini, menjadi slave sama dengan menjadi boneka seorang vampir. Ia lebih baik menjalani kehidupan keras dengan bekerja menjadi kuli bangunan daripada mengabdi kepada vampir.

'Haruskah aku bertahan atau menyerah saja?'




Tbc.



Nah, saya baru bisa up sekarang karena di rumah gak ada WiFi😭 sebagai gantinya aku triple update hari ini🌝

Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now