20

1.9K 197 20
                                    




.


.


.


Tok tok tok

Jisung baru selesai mandi sudah disambut dengan suara ketukan pintu. Ia melirik ke arah kasur seberang, terihat Chenle tertidur pulas dengan satu kaki keluar dari selimut. Jadilah dengan masih mengenakan handuk yang melilit di pinggang serta keadaan tubuh yang masih setengah kering, Jisung menuju pintu untuk membukakan tamu tak diundang yang bertandang pagi hari ini.

Cklek

"Chenlee~~"

Grep!

"Ih basah!"

Jaemin mendorong tubuh bongsor adiknya ketika merasakan beberapa butiran air mengenai wajahnya.

"Keringkan dulu rambutnya! Mana Chenle? Kok tidak ada?" ujar Jaemin sambil celingak-celinguk mencari keberadaan pemuda berkulit seputih susu itu.

"Dia ada di kamar, masih tidur." jawab Jisung agak kesal karena didorong dengan tak berperasaan oleh kakaknya sendiri.

"Kenapa masih tidur? Bukannya kalian nanti ke sekolah?"

"Ini hari libur jika kau lupa."

Jaemin seketika menepuk jidatnya. "Oh aku lupa."

"Terus kedatanganmu kesini dalam rangka apa? Bukankah seharusnya kau berada di perusahaan?"

"Kan hari ini libur."

Jaemin tertawa terbahak-bahak karena berhasil membalikkan kata-kata adiknya. Sebenarnya Jaemin bebas tidak masuk kerja karena dia pemilik perusahaannya. Tapi hari ini dia rindu dengan kedua adiknya, makanya ia sempatkan mampir sebelum sibuk dengan pekerjaannya lagi.

Jaemin segera menuju dapur untuk meletakkan belanjaannya yang sedari tadi pegal dijinjingnya. Sedangkan Jisung masuk kembali ke kamar untuk berpakaian.

Di kamar, dapat Jisung lihat Chenle sudah bangun tidur. Pemuda itu duduk di tepi kasur dengan keadaan setengah sadar. Ia terbangun mungkin karena mendengar tawa menggelegar Jaemin.




***




Suara dentingan sendok menyertai keseruan percakapan Jaemin di meja makan. Walaupun mulutnya sibuk mengunyah makanan, tetapi tak absen rentetan kalimat juga keluar dari bibir cheryy itu. Chenle yang melihat itu jadi khawatir jika pemuda kelinci itu tersedak makanannya sendiri. Sedangkan Jisung hanya acuh sembari menghabiskan segelas darah di gelas anggur miliknya.

Setelah acara sarapan pagi mereka selesai, Jaemin menyuruh kedua adik vampirnya duduk di sofa depan TV.

"Ini."

Chenle menatap bingung ke arah kotak putih yang tersodor di depannya. Ia menerimanya dan menaruh di pangkuan.

"Jangan dipangku, dibuka Lele~" gemas Jaemin. Dengan kekehan ringan Chenle membuka kotak itu.

"Uh? Ponsel?" Chenle menatap binar ke arah ponsel keluaran terbaru yang sedang dipegangnya.

"Iya, aku membelikan itu sebelum datang ke sini. Aku tahu kau pasti tidak mau menggunakan black card milikku selain untuk membeli makanan, iya kan?"

Chenle yang tertangkap basah pun tertawa dan menundukkan kepalanya karena malu tebakan Jaemin tepat sasaran. Jaemin menggelengkan kepalanya.

"Sehebat apapun seorang vampir, jika dalam keadaan terpisah jauh, tidak bisa mengirim telepati dalam waktu singkat. Perlu konsentrasi penuh supaya terhubung dengan pikiran satu sama lain. Jadi aku sadar jika kemampuanmu masih belum terasah, maka dalam memudahkan kita untuk berkomunikasi, aku membelikanmu ponsel. Kau juga harus bertukar pesan dengan teman-teman sekolahmu."

Master! [JiChen]✓Where stories live. Discover now