keempat ; bandara

3.7K 436 180
                                    

Shania baru selesai mengepak dan merapikan barang barangnya pukul 1 tengah malam dan dia sudah harus terjaga sekitar jam 3 pagi karena ternyata oh ternyata pesawatnya harus take off sekitar jam 5 dini hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shania baru selesai mengepak dan merapikan barang barangnya pukul 1 tengah malam dan dia sudah harus terjaga sekitar jam 3 pagi karena ternyata oh ternyata pesawatnya harus take off sekitar jam 5 dini hari. Kalau di matematika-kan dia cuman punya waktu tidur sekitar dua jam atau pun kurang. Karena mengingat dia butuh sedikit waktu yang lebih panjang untuk mengurus rambut kesayangannya.

Jadi jangan tanya sengantuk dan selelah apa tubuh Shania sekarang. Mungkin saking ngantuknya dia, kalau ia melempar tubuhnya ke ranjang dia bisa langsung terlelap beberapa detik kemudian. Tapi karena Shania sudah terbiasa dengan waktu tidurnya yang amburadul seperti itu semasa koas, jadi dia tidak perlu berusaha keras untuk menyembunyikan rasa kantuknya di depan Nadhif.

Sekarang, Gadis berambut panjang itu sudah berada diantara pengunjung bandara yang telah meramaikan bangunan besar tersebut. Ini memang bukan pertama kali Shania berada di tempat ini, tapi ini pertama kali dia di bandara sebagai penumpang pesawat. Biasanya kalau ke bandara yang dia lakukan adalah menjemput Buk Eka dan Pak Vino, Ibu Maya dan Pak Jeroemi, Rangga, Chelyn, dan tentu Tunangannya sendiri, Nadhif Jeroemi Soerdjaja.

Shania masih begitu ingat, hari itu dua bulan setelah mereka tunangan, Shania menjemput Nadhif yang baru saja balik dari Aussie untuk mengurus seluruh kepindahannya.


"Mas Nadhif!" seru Shania ketika melihat Nadhif mendorong troli berisi koper koper besarnya keluar dari pintu kedatangan.

Nadhif hanya meliriknya sekilas lalu kembali menunjukan matanya pada Pak Anna—supir keluarga mereka—yang menunggu Nadhif di ujung pagar pembatas.

Ingin mengobati rasa kangennya, Shania pun berlari kecil menghampiri Nadhif lalu segera memeluk tubuh tinggi itu dengan erat, "Kangen banget sama kamu tau, Mas" ungkapnya menenggelamkan kepalanya di dada bidang Nadhif.

"Mas gimana kabarnya?" Shania mendongak, sehingga matanya bisa melihat dagu Nadhif "udah selesai semua kan urusannya? gak perlu bolak balik Aussie-Indo lagi kan, Mas? barang barang Mas udah semuanya juga kan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Shania, Nadhif malah mendorong pelan tubuh Shania sehingga lingkaran tangan Shania ditubuhnya mau tak mau terurai. Shania tidak marah, yang penting dia sudah memeluk Nadhif, sudah menghirup aroma manis parfum Nadhif yang berhasil menghapus rindunya.

"jangan peluk peluk. Aku gak suka" tolaknya tegas.

"Kan aku kangen, Mas. Memangnya Mas gak? Mas hampir sebulan loh disana" keluh Shania.

"gak. Gak sama sekali"

Shania hanya mengerucutkan bibirnya dan mengangguk paham.

"Oh ya? Mas udah makan siang? kita singgah makan dulu yuk. Tapi habis makan aku gak bisa ikut nganter kamu, Mas. Soalnya aku harus langsung ke RS, ini aku izin biar bisa jemput kamu"

Nadhif masih juga diam sambil menatap ponselnya.

"Ma—"

"Pak, bisa nunggu sejam lagi kan? Teman saya mau numpang sekalian"

Returning The FavorWhere stories live. Discover now